
Inflasi Indonesia Hampir 5%, KSSK: Masih Relatif Moderat

Konferensi pers KSSK pada Senin (1/8). KSSK menilai Stablitas Sistem Keuangan (SSK) Indonesia selama triwulan kedua 2022 tetap terjaga di tengah tantangan ekonomi global yang makin berat.
Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menyatakan tren inflasi di Indonesia mengalami peningkatan. Meski demikian, menurut KSSK, dibandingkan tingkat inflasi di negara yang selevel dengan Indonesia, tingkat inflasi di tanah air dinilai masih moderat.
Badan Pusat Statisik (BPS) pada Senin (1/8) mengumumukan inflasi Indonesia pada Juli 2022 sebesar 4,94% year on year (yoy), lebih tinggi dibandingkan tingkat inflasi pada Juni yang sebesar 4,35% yoy.
Menteri Keuangan sekaligus anggota KSSK, Sri Mulyani Indrawati mengatakan laju inflasi domestik yang terus meningkat, dari 2,64% yoy pada akhir triwulan pertama 2022, disebabkan oleh tekanan pada sisi penawaran (supply) akibat kenaikan harga-harga komoditas dunia dan juga ada gangguan pasokan di domestik.
“Meskipun inflasi headline meningkat, inflasi inti atau core inflasi tetap terjaga pada tingkat 2,86% yoy. Hal ini didukung oleh konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga ekspektasi inflasi Indonesia,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers KSSK, Senin (1/8).
Hadir juga dalam konferensi pers ini tiga anggota KSSK lainnya yaitu Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, Ketua Dewan Komisoner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar dan Ketua Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Purbaya Yudhi Sadewa.
Sri Mulyani mengatakan Pemerintah dan Bank Indonesia terus bersinergi dalam mengendalikan inflasi, termasuk dilakukan melalui forum tim pengendalian inflasi daerah.
Lebih lanjut, ia mengatakan, inflasi pada kelompok volatile food mengalami kenaikan terutama akibat kenaikan harga pangan global dan juga terganggunya pasokan akibat cuaca. Sementara, inflasi pada kelompok administered price mengalami kenaikan dipengaruhi oleh kenaikan harga tiket angkuta udara.
Menurutnya, tekanan inflasi akibat kenaikan harga energi global yang sangat tinggi tidak tertransmisikan ke dalam negeri pada administered price yaitu harga minyak, gas dan listrik. Hal ini terjadi karena kebijakan pemerintah mempertahankan harga jual energi di domestik melalui kenaikan subsidi listrik, BBM dan LPG yang dialokasikan dalam APBN.
“Dengan langkah tersebut dibandingkan dengan peers atau negara-negara yang sekelompok atau selevel dengan Indonesia seperti Thailand yang telah mengalami inflasi 7,77%, India 7% dan Filipina 6,1%, maka inflasi Indoenesia yang 4,94% yoy masih relatif moderat,” ujarnya.
Leave a reply
