Inflasi Level Konsumen Memang Rendah, Tetapi di Level Produsen Sudah Tinggi

0
692

Tingkat inflasi di level konsumen yang tercermin dari Indeks Harga Konsumen (IHK) atau Consumer Price Index (CPI) di Indonesia memang relatif masih rendah. Tetapi, tingkat inflasi di level produsen yang tercermin dari Producer Price Index (PPI) sudah jauh lebih tinggi.

Kondisi ini mencerminkan harga jual barang ke konsumen berada di bawah harga produksinya sehingga meyebabkan margin perusahaan berkurang. Pemerintah mengantisipasi jangan sampai kondisi ini akan menyebabkan terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) oleh perusahaan.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tingkat inflasi IHK pada Maret lalu sebesar 2,64% secara tahunan (yoy). Tetapi, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan tingkat inflasi di level produsen yang tercermin dari PPI jauh lebih tinggi yaitu 8,8%.

“Untuk banyak negara, [tingkat PPI] sudah 30-an hingga 40-an persen inflasinya. Untuk Indoensia memang relatif rendah, tetapi sudah tinggi sekali dibandingkan dengan inflasi IHK. Kalau IHK kita masih di 2,6%, untuk PPI kita di 8,8%,” ujar Febrio dalam diskusi Indonesia Macroeconomic Updates 2022, Senin (4/4).

Baca Juga :   Kepala BKF: Indonesia akan Menagih Komitmen Pendanaan Iklim dari Negara Maju untuk Negara Berkembang

Beberapa negara dengan tingkat PPI yang jauh lebih tinggi misalnya, Jerman sebesar 25,9%, Inggris 9,9% dan Italia sebesar 32,9%. “Kita mungkin mirip dengan Tiongkok, Meksiko dalam konteks Producer Price Index-nya. Akan tetapi dalam konteks Consumer Price kita relatif kuat menjaga harga yang tertransmisikan ke rumah tangga dan ke konsumen. Kita jaga supaya kesejahteraan masyarakat belum akan terlalu terdampak secara signifikan. Kita akan terus jaga kedepannya,” ujarnya.

Inflasi IHK 2,6% yoy pada Maret lalu, jelas Febrio bersumber dari inflasi inti yang mengalami kenaikan. Hal ini menurutnya hal yang positif karena mencerminkan daya beli masyarakat yang meningkat. “Kalau inflasi inti mulai meningkat, itu gambaran masyarakat sudah mulai belanja,” ujarnya.

Namun, yang diwasapadai adalah inflasi yang terjadi pada harga bergejolak (volatile prices) dan harga yang diatur pemerintah (administered prices). Febrio mengatakan inflasi harga bergejolak terutama makanan berhasil ditahan di level 3,59%. Sementara inflasi harga yang diatur pemerintah di level 3,6%.

“Tentunya kemarin harga Pertamax meningkat, kita mengantisipasi dampaknya terhadap inflasi itu relatif akan cukup terbatas. Ini yang akan kita lakukan selalu kedepan, ketika melihat perkembangan dari harga, apakah pemerintah melakukan intervensi administered prices tersebut, kita lakukan dengan sangat terukur, kita lakukan dengan size yang pas sehingga dia tidak menambah beban masyarkat yang saat ini memang sedang menghadapi kebutuhan pokok yang relatif tinggi harganya dibandingkan beberapa bulan sebelumnya,” ujarnya.

Halaman Berikutnya
1 2

Leave a reply

Iconomics