Indonesia Butuh Satelit dengan Kapasitas 1 Terabyte, Partisipasi Swasta Diapresiasi

0
890

Menteri Komunikasi dan Informatika, Johnny G. Plate, mengatakan untuk mendukung layanan telekomunikasi yang baik dan cepat,  yang semakin relevan setelah adanya pandemi Covid-19,  Indonesia setidaknya membutuhkan satelit dengan kapasitas hampir 1 Terabyte. Karena itu, partisipasi pihak swasta termasuk lembaga keuangan dalam penyediaan satelit ini diapresiasi pemerintah.

Saat ini, Indonesia menggunakan 9 satelit yang terdiri dari lima satelit nasional dan empat satelit asing yang memiliki kapasitas sekitar 50 gigabyte per second.

“Dalam peta jalan telekomunikasi kita, Indonesia membutuhkan kapasitas satelit yang besar sekali, hampir 1 Terabyte yang kita butuhkan. Dan karenanya kita butuh banyak sekali kapasitas satelit termasuk bakc up-back up satelit sehingga penyelenggaraan dan ketersediaan layanan dapat berlangsung dengan baik dan peningkatan kecepatan layanan pun bisa dilakukan dengan baik,” ujar Johnny dalam acara AIIB Media Round Table, Kamis (12/8).

Johnny berharap, satelit Satria-1 yang pendanaannya antara lain berasal dari Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) bisa mengorbit tepat waktu pada tahun 2023 mendatang sehigga bisa mendukung layanan publik secara digital di Indonesia.

Baca Juga :   Kementerian Kominfo Blokir 4.873 Konten Fintech Online Ilegal

“Saya menyampaikan terima kasih kepada AIIB yang telah mengambil bagian sebagai mulilateral agency yang memberikan dukungan pembiayaan atau porsi pembiayaan pembangunan proyek satelit Satria-1. Saya tentu berharap pada akhir tahun 2023 nanti satelit tersebut dapat dikirim atau ditempatkan di orbit dan berfungsi komersial untuk mendukung layanan publik di Indonesia. Karena itu salah satu satelit yang cukup besar 150 gigabyte per second,” ujar Johnny.

Jonny mengatakan Kebutuhan kapasitas satelit yang besar ini harus juga didukung kreatifitas di dalam jenis-jenis dan sumber pembiayaan, termasuk skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) atau public-private-partnership (PPP) seperti dalam proyek satelit Satria-1.

“Buaran pembiayaan dibutuhkan untuk mendukung kebutuhan-kebutuhan infrastruktur ICT kita termasuk satelit. Dengan kapasitas satelit hampir 1 terabyte itu maka kita butuhkan banyak sekali satelit khususnya satelit-satelit yang menggunakan teknologi yang baru,” ujarnya.

Asim Rana, Principal Investment Officer, Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB) mengatakan selama lima tahun terakhir, AIIB telah membantu Indonesia dengan total nilai investasi sebesar US$ 2,9 miliar. Saat ini, AIIB memiliki total 10 proyek yang sudah disetujui di berbagai sektor yang akan membawa dampak positif bagi wilayah dan komunitas dari seluruh Indonesia.

Baca Juga :   Pemerintah akan Cetak Terus Talenta Digital untuk Percepat Transformasi Digital

Dalam proyek satelit Satria-1, AIIB telah menyetujui investasi sebesar US$150 juta  yang merupakan bagian dari misi pendanaan infrastruktur masa depan AIIB.

Asim mengatakan proyek ini merupakan bentuk dukungan bagi Pemerintah Indonesia untuk mencapai 149.000 lokasi titik layanan masyarakat di Indonesia bahkan di area terpencil, serta memberikan inklusivitas digital bagi hampir 94 ribu sekolah melalui pembelajaran daring, meningkatkan konektivitas bagi 3.700 pusat kesehatan dan 3.900 pemerintah daerah, dengan Pemerintah Pusat di Jakarta.

“Skala dan dampak positif dari proyek ini menjadi motivasi utama AIIB untuk turut terlibat, terutama berkat pendekatan public-private-partnership atau PPP yang membuat proyek ini semakin kondusif bagi para investor seperti AIIB. AIIB sangat mendukung kerjasama antara berbagai pihak, termasuk sektor publik dan swasta, dan berharap dapat senantiasa berperan dalam investasi pasar infrastruktur yang lainnya,” ujarya.

Adi Rahman Adiwoso, Chief Executive Officer PT Satelit Pasifik Nusantara Tiga (PSNT) mengatakan bentuk kerjasama public-private partnership atau PPP antara Pemerintah Indonesia (Kemenkominfo), AIIB dan PSNT adalah yang pertama dan salah satu yang terbesar di dunia terutama dalam proyek satelit.

Baca Juga :   Kominfo Pastikan Starlink Milik Elon Musk Akan Kerja Sama dengan APJII

“Perjuangan menyelesaikan financing ini cukup lama dengan adanya pandemi. Sejak Januari tahun lalu, semua diskusi antara konsultan dan pengacara diadakan online. Hal ini membuktikan internet ini bisa menyelesaikan masalah-masalah kompleks yang ada di dunia,” ujar Adi.

Adi mengungkapkan proyek ini sudah berjalan sekitar 30-35% per 12 Agustus 2021. “Beberapa tantangan utama adalah land acquisition seperti di Pontianak yang ternyata banyak yang digunakan sebagai tanah gambut, sehingga harus mencari lokasi lain. Hal kedua yang menjadi kekhawatiran kami adalah ketersediaan chip dan server,” ujar Adi.

 

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics