Harga CPO Naik, Bagaimana Proyeksi Kinerja Astra Agro Lestari Tahun Ini?

0
556

PT Astra Agro Lestari Tbk melewati tahun 2021 lalu dengan kinerja operasional dan keuangan yang baik. Tahun ini, meski harga Crude Palm Oil (CPO) naik, tidak serta merta membuat kinerja emiten dengan kode saham AALI ini menjadi jauh lebih baik.

“Untuk kinerja dan proyeksi bisnis AALI tahun ini, sejujurnya saya tidak tahu. Kinerja kita saat ini benar-benar ketidakpastiannya lebih tinggi daripada sebelum-sebelumnya,”ujar Santosa, Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk pada paparan publik, Rabu (13/4).

Santosa mengatakan dari sisi produksi Tandan Buah Segar (TBS) dan CPO, tahun ini diperkirakan lebih baik dari tahun lalu. Tahun 2021 lalu, produksi TBS Perseroan memang mengalami penurunan 6,6% dari 6,63 juta ton pada tahun 2020 menjadi 6,33 juta ton pada tahun 2021. Namun, kinerja operasional tahun lalu tertolong oleh kenaikan pembelian TBS dari pihak eksternal yang naik 25,6% menjadi 2,27 juta ton dari 2,61 juta ton pada tahun 2020. Produksi CPO pun naik 3,1% menjadi 1,47 juta ton dari 1,43 juta ton pada 2020.

Baca Juga :   Triwulan Pertama 2021, Pendapatan Astra Agro Naik 5%

“Saya berharap di tahun ini secara produksi bisa balance dengan tahun lalu,” ujar Santosa.

Namun, untuk performa keuangan, Santosa mengatakan meski harga CPO meningkat cukup tajam, tetapi biaya (cost) juga meningkat tajam. Harga pupuk, misalnya, turut naik bersama kenaikan harga komoditas global. Santosa mengatakan Astra Agro sudah mengamankan persediaaan pupuk untuk periode pemupukan semester satu 2022 dan sekarang sedang menyiapkan pupuk untuk periode pemupukan semester kedua nanti. Harga pupuk ini, jelasnya, naik drastis yaitu 75% hingga 80% per kilogram untuk pupuk blended.

“Kalau ditanya harganya? Memang sangat drastis. Tergantung komponennya. Ada naik 50%, ada ada yang 75%, ada yang bahkan di atas 100%. Kalau belended-nya totalnya kira-kira per kilogram kenaikannya sekitar 75% sampai 80%,” ujarnya.

Dengan kenaikan harga pupuk ini, tambahnnya, pendapatan dan biaya pada tahun ini diperkirakan tidak jauh berbeda dengan tahun 2021 lalu.

Selain pupuk, kebijakan Domestic Market Obligation (DMO) dan Domestic Price Obligation (DPO) turut mempengaruhi kinerja keuangan Astra Agro pada tahun ini. Sebagai gambaran, Santosa mengatakan harga jual CPO di pasar domestik pada Rabu (13/4) sebesar Rp16.000 per kg. Namun, pada Januari dan Februari lalu, harga DPO untuk pasar domestik sebesar Rp9.300 per kg. “Hal itu menyebabkan blended price-nya tidak Rp16.000 seperti yang ada di domestic market, tetapi turun,” ujarnya.

Baca Juga :   Astra Agro Lestari Anggarkan Belanja Modal Rp1,2 Triliun Tahun Ini

Tahun 2021 lalu, Astra Agro membukukan pendapatan bersih sebesar Rp24,32 triliun meningkat 29,3% dibanding tahun sebelumnya yang sebesar Rp18,8a triliun. “Peningkatan ini disebabkan oleh kenaikan harga jual rata-rata CPO sebesar 32,2% menjadi Rp11.294 per kg dibandingkan dengan tahun 2020 sebesar Rp8.545 per kg,” jelas Mario C.S Gultom, Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk.

Selain harga jual rata-rata CPO yang naik, harga jual rata-rata Kernel milik Perseroan juga mengalami peningkatan sebesar 67,4% menjadi Rp7.305 per kg pada tahun 2021, dari sebelumnya pada tahun 2020 sebesar Rp4.365 per kg.

Sejalan dengan kenaikan pendapatan ini, laba operasional Perseroan juga mengalami peningkatan sebesar 86,2% menjadi Rp3,43 triliun dibandingkan periode yang sama tahun 2020 sebesar Rp1,84 triliun. Laba bersih Perseroan pun ikut mengalami peningkatan sebesar 136,6% menjadi Rp1,97 triliun dibandingkan tahun 2020 sebesar Rp833,1 miliar.

Leave a reply

Iconomics