
Gubernur BI Beberkan Empat Penjinak Inflasi di Indonesia

Konferensi pers pengumuman hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia 17-18 April 2023 pada Selasa (18/4).
Saat sejumlah negara di dunia masih berjibaku melawan inflasi tinggi, Indonesia berhasil menjinakkan inflasinya lebih cepat. Karena itu, Bank Indonesia pun tak lagi menaikkan suku bunga acuannya seperti pada Rapat Dewan Gubernur BI 17-18 April 2023 ini.
Suku bunga BI 7-Day Reverse Repo Rate tetap berada di level 5,75% sejak Februari 2023 lalu. Sebelumnya, sejak Agustus 2022, Bank Indonesia terbilang agresif menaikkan suku bunga acuan dari 3,5% hingga kemudian bertahan di level 5,75%.
Langkah Bank Indonesia mempertahankan suku bunga ini berbeda dengan yang dilakukan oleh bank sentral negara maju seperti Amerika Serikat. Federal Reserve (Fed) diperkirakan masih terus menaikkan suku bunga acuannya hingga mencapai 5,25% pada Mei 2023 ini. Pada Maret lalu, Fed Fund Rate sudah berada di level 4.75%-5% dan sudah naik sebanyak 9 kali.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan Bank Indonesia tak lagi menaikkan suku bunga acuan karena tingkat suku bunga acuan saat ini sudah memadai untuk mengendalikan inflasi pada target 3% plus minus 1%.
Inflasi inti Maret 2023 terus melambat dari 3,09% (yoy) menjadi 2,94% (yoy). Sementara inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) atau headline inflation turun dari 5,47% (yoy) pada Februari 2023 menjadi 4,97% (yoy).
Perry mengatakan penurunan inflasi ini lebih cepat dari yang diperkirakan BI sebelumnya. Hal tersebut terjadi karena empat faktor.
Pertama, respons kebijakan Bank Indonesia yang sejak awal tidak ragu-ragu untuk secara front-loaded dan pre-emptive menurunkan inflasi khususnya dari ekspektasi inflasi.
“Ingat, kita sudah menaikkan suku bunga BI rate sejak Agustus tahun lalu. Itu dilakukan karena untuk secara front-loaded, pre-emptive menurunkan ekspektasi inflasi,”ujar Perry dalam konferensi pers, Selasa (18/4).
Seperti diketahui pada Agustus 2022 lalu pemerintah memutuskan menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) yang kemudian mengerek inflasi ke level 5,95% (yoy) pada September 2022 dan berakhir di level 5,51% (yoy) pada akhir tahun 2022.
Perry mengatakan kenaikan suku bunga acuan sejak Agustus berhasil menurunkan ekspektasi inflasi. Inflasi yang diperkirakan berada di level 6,7% pada akhir tahun 2022, ternyata realisasinya berada di elvel 5,51%.
Faktor kedua yang membuat tingkat inflasi di Indonesia bisa terkendali adalah terkendalinya imported inflation. Imported inflation adalah depresiasi nilai tukar dikalikan harga-harga di luar negeri. Perry mengatakan tingkat inflasi di berbagai negara masih tinggi.
“Oleh karena itu langkah Bank Indonesia untuk menstabilkan nilai tukar Rupiah tentu saja menjadi bagian dari pengendalian inflasi khususnya inflasi yang bersumber dari luar negeri (imported inflation),” ujarnya.
Faktor ketiga sehingga inflasi bisa terkendali, jelas Perry, adalah karena keberhasilan koordinasi antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dengan 46 kantor-kantor Bank Indonesia melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan.
“Dari sejak awal, Agustus tahun lalu, Pemerintah Pusat, Bank Indonesia dan Pemerintah Daerah betul-betul besinergi. Kita melakukan operasi pasar, kemudian juga bagaimana pasokan dari satu daerah ke daerah lain dipermudah,” ujarnya.
Hasilnya, tambah Perry, inflasi volatile food yang pernah menyentuh level 11,3% pada September 2022, berhasil diturunkan hingga mencapai 5,72% pada Maret 2023.
Faktor keempat yang juga berperan penting dalam mengendalikan inflasi di Indonesia, menurut Perry, adalah kebijakan fiskal, yaitu subsidi energi yang diberikan oleh negara. Dengan subsidi baik BBM maupun listrik, harga energi di Indonesia relatif tidak mengalami kenaikan signifikan seperti halnya di negara-negara maju.
Dengan berbagai faktor ini, Perry menyampaikan Bank Indonesia memperkirakan tingkat inflasi inti akan terus berada di sekitar 3% hingga akhir tahun 2023 ini. Sementara inflasi IHK yang saat ini berada di level 4,97% diperkirakan mulai Agustus 2023 nanti akan turun ke level di bawah 4%, lebih cepat dari perkiraan sebelumnya yaitu setelah September 2023.
Leave a reply
