
Gubernur Bank Indonesia: Ketidakseimbangan Pemulihan Ekonomi Global Masih Berlanjut

Gubernur BI Perry Warjiyo/Dok. BI
Tantangan kedua perekonomian global saat ini adalah memulihkan dampak luka memar yang dalam (scarring effect) yang dialami sektor riil akibat pandemi Covid-19. Perry mengatakan korporasi baik di negara maju maupun negara berkembang mengalami luka memar yang dalam akibat pandemi Covid-19 yang berdampak pada kemampuan memulihkan ekonomi.
“Memulihkan dunia usaha menjadi isu yang harus diatasi. Memang penyaluran kredit perlu ditingkatkan tetapi lebih dari itu adalah bagaimana melakukan reformasi di sektor riil, transformasi struktural untuk bisa mendorong daya saing dan produktifitas di sektor riil dan dunia usaha. Dunia usaha juga harus berubah bagaimana melakukan strategi bisnis post Covid era,” ujarnya.
Tantangan ketiga adalah masalah geopolitik. Perry mengatakan konflik antara Rusia dan Ukraina yang saat ini terjadi berimplikasi pada tiga hal. Pertama, kenaikan harga-harga komiditas global, tidak hanya energi tetapi juga pangan, yang akan berdampak pada kenaikan inflasi.
“Tentu saja bagi kita yang negara eksportir komoditas, ada dampak positifnya tetapi juga ada dampak negatifnya yaitu berdampak terhadap harga-harga di dalam negeri,” ujarnya.
Implikasi kedua dari konflik Rusia dan Ukraina adalah terjadinya gangguan rantai pasok global yang menyebabkan menurunnya volume ekspor global. Lebih lanjut, hal ini mempengaruhi pertumbuhan ekonomi global. Perry mengatakan pertumbuhan ekonomi global tahun ini yang semula diperkirakan 4,4%, kemungkinan lebih rendah karena menurunnya volume perdagangan global.
Implikasi ketiga dari konflik Rusia dan Ukraina adalah pada sektor keuangan. Investor global, menurut Perry beralih ke aset-aset yang memiliki risiko rendah (safe haven) akibat perang ini. Perang juga menyebabkan adanya outflow dari pasar keuangan negara berkembang termasuk Indonesia ke negara maju. Hal ini akan mempengaruhi stabilitas eksternal dan nila tukar.
Halaman BerikutnyaLeave a reply
