
Great Giant Foods Tetap Konsisten Implementasikan Ekonomi Sirkular

Direktur Corporate Affairs GGF, Welly Soegiono/Dok. Ist
Great Giant Foods (GGF) tetap konsisten mengimplementasikan konsep ekonomi sirkular dalam menjalankan bisnisnya. Limbah kulit nanas yang dihasilkan dari Great Giant Pineapple (GGP) diserap oleh Great Giant Livestock (GGL) yang berbisnis penggemukan sapi.
“Polulasi sapi kita untuk saat ini ada sekitar 17.000 untuk penggemukan,” kata Direktur GGL Josep Lay saat buka bersama belum lama ini di Jakarta.
Josep juga menyampaikan GGP telah mengekspor nanas dalam kemasan kaleng ke 65 negara. Setiap hari, GGP memanen nanas sekitar 2200 hingga 2500 ton. Dari bobot tersebut, 10%-nya adalah kulit nanas. Menurut Josep, setiap hari ada 220 hingga 250 ton kulit sampah. Sampah tersebut lah yang akan diberikan kepada sapi-sapi yang digemukkan GGL. Demikian pula kotoran yang dihasilkan sapi akan diolah menjadi kompos untuk meningkatkan kesuburan lahan yang ditanami nanas.
Ia menceritakan komitmen dari pemegang saham. Pemegang saham melihat ada value yang dapat dihasilkan dari limbah kulit nanas yang dihasilkan tersebut. Daripada membangun pabrik pengolahan limbah tersebut, lebih baik mendirikan penggemukan sapi yang dapat menyerap limbah tersebut.
Direktur Corporate Affairs GGF, Welly Soegiono mengatakan pemegang saham berupaya mendukung ketahanan pangan di Indonesia. Mengubah limbah dengan membuat ketahanan pangan, berupa daging sapi.
“Memang misinya dari pemegang saham, bagaimana kita membantu ketahanan pangan dalam bentuk daging,” kata Welly.
Bisnis penggemukan sapi tersebut pun menjadi unik bila dibandingkan dengan feedloter lainnya. “Ini sebetulnya memang ada bisnis jualan sapi, tapi sebenarnya pengolahan limbahnya GGP. Kalau feedlot lainnya memang bisnisnya feedlot,” terang Welly.
Josep dan Welly juga menyampaikan inisiatif lainnya yang dilakukan perusahaan grupnya Gunung Sewu. Sampai saat ini, GGL masih melibatkan petani sekitar perkebunan nanas milik GGP untuk menjadi mitra penggemukan sapi.
“Kami juga melakukan pembinaan PIR (perkebunan inti rakyat), sapinya beli dari kita swadana, dan kami memberikan pendampingan dalam hal ini melakukan penggemukan sapi sesuai dengan standar yang kami siapkan,” kata Josep.
GGL menjadi offtaker dari sapi-sapi yang digemukkan oleh para petani mitranya tersebut. Para mitra tersebut dapat menghasilkan sapi penggemukan tersebut sekitar 3000 ekor per tahunnya.
Welly berharap semakin banyak keterlibatan pihak dalam mengembangkan bisnis penggemukan sapi ini. Bahkan, dengan tutupnya beberapa feedloter bukan berita yang menggembirakan bagi GGL. Demikian Welly mengungkapkan.
Kebutuhan daging sapi di Indonesia masih sangat besar di Indonesia. Konsumsi daging di Indonesia masih relatif kecil bila dibandingkan dengan negara Asia lainnya.
Leave a reply
