
Gapki: El Nino Berdampak pada Produksi Sawit

Ketua Umum GAPKI, Eddy Martono
Kemarau panjang akibat el nino berdampak pada produksi kelapa sawit. Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) mengatakan ketiadaan hujan menyebabkan kematangan buah sawit tertunda sehingga panen pun tertunda.
“El nino tidak langsung berdampak pada tahun ini. Tahun ini paling terjadi keterlambatan panen. Artinya, buah matangnya itu terjadi keterlambatan kalau tidak terjadi hujan,” ujar Eddy Martono, Ketua Umum Gapki dalam konferensi pers, Selasa (3/10).
El nino merupakan fenomena meningkatnya suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian timur. Peningkatan suhu muka laut ini mengakibatkan udara basah ke Indonesia berkurang. Inilah yang menyebabkan sebagian besar wilayah Indonesia sejak Agustus lalu hingga saat ini curah hujannya di bawah normal.
Sebelumnya, Adi Wicaksono, Retail Analyst Maybank Sekuritas mengatakan el nino yang terjadi pada tahun 2023 ini diperkirakan akan berdampak pada penurunan produksi tandan buah segar (TBS) perusahaan-perusahaan sawit. Tetapi, menurut dia, berkaca pada kejadian el nino sebelumnya seperti tahun 2015 dan 2019, dampak penurunan produksi ini baru akan terjadi pada tahun berikutnya.
Terkait produksi tahun depan, Eddy tidak menampik kemungkinan terjadi penurunan produksi. Tetapi, menurutnya penurunan produksi terjadi apabila tidak ada perawatan yang baik sebelum terjadi kekeringan.
“Ada kemungkinan nanti di tahun depan akan terjadi penurunan – dengan catatan apabila dalam pemeliharaannya itu tidak bagus. Tetapi apabila pemeliharannya bagus sebelum terjadi kemarau, di tahun ini hanya terjadi keterlambatan panen karena kamatangan buah itu terlambat,” ujar Eddy.
Menurut Eddy, el nino yang terjadi pada tahun ini tidak separah tahun 2015 dan tahun 2019. Sebab, meski curah hujan rendah, tetapi masih terjadi hujan di wilayah Sumatera dan Kalimantan selama beberapa bulan ini.
Ia mengatakan el nino yang terjadi pada tahun 2015 dan 2019 memang begitu panjang, sehingga menyebabkan terjadi penuruna produksi, bahkan hingga dua tahun setelah el nino.
Pada kesempatan yang sama Sekretaris Jenderal Gapki, M. Hadi Sugeng mengatakan penundaan panen yang terjadi pada beberapa kebun anggota Gapki akibat curah hujan rendah menyebabkan produksi Crude Palam Oil (CPO) dan Palm Kernel Oil (PKO) pada tahun ini memang relatif tidak tumbuh signifikan.
“Produksi di tahun ini kita asumsikan akan tetap tumbuh tetapi mungkin hanya sekitar 5%, di bawah 10%. Sehingga kita prediksi di tahun ini bisa 54 juta ton dan juga ada kenaikan untuk konsumsi sekitar 23 juta ton karena ada efek tambahan dari B35 dengan stok yang kita pertahankan di atas 3,2-3,3 juta ton pada akhir 2023,” ujar Sugeng.
Hingga Juli lalu, produksi CPO dan PKO tumbuh 17% menjadi 32 juta ton. Konsumsi minyak sawit dalam negeri baik untuk pangan, oleokimia maupun biodiesel juga tumbuh 11% menjadi 13 juta ton.
Sementara ekspor, dari sisi volume juga naik signifikan sekitar 33% atau hampir 19,8 juta ton. Tetapi nilai ekspor mengalami penurunan sekitar 18% menjadi Rp260 triliun dari tahun lalu di atas Rp300 triliun.
Leave a reply
