Empat Tahun Berturut-turut Produksi CPO Turun, GAPKI: Replanting Jadi Kunci

0
350

Produksi Crude Palm Oil (CPO) Indonesia secara nasional pada tahun 2022 lalu kembali menurun. Menurut Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), total produksi CPO tahun 2022 sebanyak 46,72 juta ton, menurun 0,33% dibanding tahun 2021 yang sebesar 46,88 juta ton.

“Ini sudah tahun keemapat (produksi CPO) Indonesia itu tidak tumbuh, atau bahkan stagnan. Empat tahun terakhir sampai dengan tahun lalu, itu stagnan. Padahal kebutuhan domestiknya itu terus meningkat. Bahkan tahun ini pemerintah menetapkan B35, pasti kebutuhan domestiknya juga naik,” ungkap Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (25/1).

Sebagai perbandingan tahun 2019, produksi CPO Indonesia sebesar 47,18 juta ton. Kemudian tahun 2020 turun menjadi 47,02 juta ton.

Di sisi lain, kebutuhan CPO di dalam negeri, yaitu untuk pangan, oleokimia dan biodiesel terus meningkat. Tahun 2022 lalu, kebutuhan produk sawit untuk pangan sebesar 9,94 juta ton, naik sekitar 11% dibanding 2021. Kemudian kebutuhan oleokimia sebesar 2,18 juta ton, naik 2,77% dan kebutuhan biodiesel sebesar 8,84 juta ton, naik 20,43%. Dus, total konsumsi produk sawit di dalam negeri pada tahun 2022 sebesar 20,96 juta ton, naik 13,82% dari 18,42 juta ton pada 2021.

Baca Juga :   Aceh Jalur Alternatif Ekspor Minyak Sawit ke India dan Pakistan

Joko mengatakan diperkirakan pada tahun 2023 ini produksi CPO di dalam negeri juga kembali stagnan. Menurutnya, penurunan produksi CPO terutama terjadi pada perusahaan-perusahaan yang profil tanaman sawitnya didominasi oleh tanaman yang sudah tua.

“Sebenarnya, semua perusahaan pasti punya upaya untuk meningkatkan produksi dan produktifitas. Kalau perusahaan tidak menaikkan produksi, tidak survive. Cara yang paling signifikan bisa mengubah produktifitas sebenarnya replanting. Kalau enggak diganti, enggak akan signifikan. Tanaman-tanama tua itu mau diperbaiki agronominya, pupuk itu, enggak akan signifikan. Jadi, yang signifikan adalah replanting. Betul-betul diganti dengan bibit yang produktifitasnya jauh lebih tinggi,” ujarnya.

Menurut Joko, sejauh ini upaya replanting atau peremajaan tanaman ini, baik di level perusahaan maupun petani belum maksimal. Di level petani, dari target replanting 500.000 hektar, hingga tahun 2022 lalu baru terealisasi sekitar 200.000 hektar. “Perusahaan juga terus melakukan replanting, namun saya lihat juga kuantitasnya masih kurang, karena harsunya minimal 5% tiap tahun,” ujar Joko.

Leave a reply

Iconomics