
Dirut BRI: Penurunan Suku Bunga Bukan Satu-satunya Faktor untuk Genjot Pertumbuhan Kredit

Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia, Sunarso
Bank Indonesia sudah menurunkan suku bunga acuan hingga ke level terendah di 3,5%. Namun, di sisi lain, bank sentral menyatakan penurunan suku bunga kredit kurang agresif.
Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo beberapa waktu lalu mengatakan lambatnya penurunan suku bunga kredit perbankan disebabkan oleh masih tingginya Suku Bunga Dasar Kredit atau SBDK di perbankan. Perry bahkan menyentil masih tingginya SBDK di bank-bank BUMN yang sebesar 10,79%.
Namun, Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia, Sunarso mengatakan penurunan suku bunga kredit bukanlah satu-satunya faktor untuk mendorong pertumbuhan kredit. Faktor yang tak kalah penting, menurutnya adalah bagaimana menciptkan permintaan (demand).
Menurut Sunarso, dengan kondisi Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan yang saat ini di level 84%, perbankan memang dituntut untuk menyalurkan kredit sekitar Rp600 triliun hingga Rp1.000 triliun – dengan asumsi dana pihak ketiga tidak bertambah – untuk mencapai tingkat LDR optimal di 90%.
Saat ini, jelasnya likuiditas bukan menjadi permasalahan di perbankan, bahkan ketersediaannya melimpah. “Tantangannya adalah memang menumbuhkan kredit. Sekarang bagaimana menumbuhkan kredit ini? Berbagai upaya juga sudah dilakukan. Antara lain penurunan suku bunga, segala macam. Ternyata, kemudian penurunan suku bunga juga bukan satu-satunya faktor yang bisa menggenjot pertumbuhan kredit,” ujarnya dalam acara Economic Outlook 2021 yang digelar CNBC Indonesia, Kamis (25/2).
Sunarso menjelaskan data BRI menunjukkan, sebelum tahun 2015 saat suku bunga Kredit Usaha Rakyat (KUR) masih 22%, penyaluran kredit justru tumbuh mencapai 22% bahkan 25%. Namun, setelah suku bunga KUR diturunkan menjadi 15%, dimana nasabah hanya membayar 7% karena sebagiannya disubsidi pemerintah, pertumbuhan kredit justru tidak mencapai dobel digit.
“Pertumbuhannya hanya sampai 8%, memang pernah mencapai dobel digit itu di tahun 2018. Artinya kita boleh simpulkan, bahwa pertumbuhan kredit tidak semata-mata didorong oleh penurunan suku bunga,” ujar Sunarso.
Karena itu, menurut Sunarso untuk menggenjot pertumbuhan kredit tahun ini kuncinya adalah menumbuhkan permintaan terutama konsumsi rumah tangga dengan memulihkan daya beli. “Menurunkan DP, menurunkan LTV dan menurunkan segala macam yang lain itu memang diperlukan, tetapi yang diperlukan lagi adalah orkestrasinya itu seperti apa,”ujarnya.
Leave a reply
