Direktur Utama Indonesia Re: Antara Bisnis dan Sosial Tak Terpisahkan

0
282

Kepentingan bisnis dan kepentingan sosial dalam suatu institusi bisnis saat ini semakin tak terpisahkan. Artinya, suatu entitas bisnis tidak lagi semata-mata mengakumulasi keuntungan, tetapi kehadirannya juga harus memiliki dampak bagi masyarakat.

“Sebetulnya kalau berbicara bisnis dan sosial sudah tidak bisa dipisahkan seharusnya. Trigernya adalah masa pandemi kemarin. Kita sama-sama tahu, pada saat pandemi itu, banyak perusahaan baru, banyak startup berdiri, yang mengedepankan, bukan cuma dari sisi bisnis, tetapi dari sisi sosial juga,” ujar Direktur Utama PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re Benny Waworuntu saat menjadi pembicara dalam acara The Iconomics Forum 2022 di Le Meridien Hotel, Jakarta, Kamis (27/10).

Benny mengatakan dalam beberapa tahun terakhir, semakin berkembang sharing economy business model. Dalam model bisnis ini, penyedia jasa atau produk, tak melulu mencari keuntungan. Tetapi, lebih dari itu juga membagikan value kepada piahk lainnya.

“Jadi, itu ada unsur sosialnya. Itu berkembang sampai sekarang. Bahkan perusahaan-perusahaan yang sekarang sudah masuk unicorn, mereka tidak lagi cuma fokus kepada profit semata. Tetapi, bagaimana mereka melihat dari sisi apakah perusahaan tersebut bisa memberikan nilai tambah kepada masyarakat,” ujarnya.

Baca Juga :   Diminta Anggota Komisi XI Evaluasi Layanan Aduan Masyarakat, Ini Jawaban OJK

Menurut Benny, sebagai pemimpin perusahaan, tantangannya adalah bagaimana mengembangkan social leadership. Social leadership ini, menurut dia, memiliki tiga pilar utama yaitu konektifitas, kolaborasi dan komunikasi.

Pertama, membangun konektifitas antara bisnis yang dilakukan dengan fungsi sosial. “Bagaimana kita bisa menerjemahkan bisnis yang kita lakukan itu untuk kepentingan sosial kita. Apa benefitnya buat lingkungan sekitar,” ujarnya.

Kedua, kolaborasi yaitu bagaimana bisa secara bersama, baik bisnis maupun sosial bisa menciptakan nilai tambah baru, bukan cuma untuk kepentingan bisnis tetapi juga kepentingan masyarakat atau kepentingan sosialnya.

Ketiga, konektifitas dan kolaboriasi dimungkinkan terjadi karena ada komunikasi. Menurutnya, komunikasi dan branding adalah dua hal yang tak terpisahkan. Branding is communicating, communicating is branding. “Sebagai pimpinan perusahaan, secara langsung maupun tidak langsung kita membawa brand. Kita membawa merek, kita membawa pesan dari perusahaan yang kita pimpin. Kalau berbicara branding, buat saya branding is communicating. Buat saya pencitraan itu adalah berkomunikasi. Dan berkomunikasi itu adalah bagian dari pencitraan,” ujarnya.

Baca Juga :   Sun Life Menggandeng Lifepal untuk Menggarap Pasar Asuransi Kesehatan

Bagaimana dengan Indonesia Re sendiri? Sebagai sebuah BUMN, sudah sewajarnya Indonesia Re ini memperkuat branding bahwa perusahaan ini adalah perusahaan BUMN.

Kemudian sejak tiga tahun lalu, di bawah kepemimpinan Menteri BUMN Erick Thohir, BUMN melakukan transformasi mulai dari bisnis, penguatan sumber daya manusia, hingga bagaimana BUMN bisa berdampak langsung kepada masyarakat.

Terkait dampak kepada masyarakat ini, tentu ini menantang bagi Indonesia Re yang bisnisnya bukan business-to-consumer yang kehadirannya bisa langsung dirasakan oleh masyarakat. Karena itu, menurut Benny, Perusahaan terus mengkomunikasikan peran pentingnya sebagai tulang punggung (backbone) industri keuangan di Indonesia.

“Di belakang perusahaan asuransi itu ada namanaya perusahaan reasuransi. Jadi, perushaan reasuransi adalah perusahaan yang menjamin perusahaan asuransi. Hal-hal seperti ini yang harus kita komunikasikan terus, kita dengungkan terus, kita bangun terus citranya, bahwa reasuransi ini adalah penting,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics