Dipicu Kenaikan Harga Komoditas Pangan, Inflasi Mei Capai 3,55% YoY, Tertinggi Sejak Desember 2017

0
163

Harga komoditas pangan yang melonjak mendorong kenaikan inflasi di Indonesia. Selain karena dampak kenaikan harga komoditas global, inflasi sektor makanan ini juga terjadi karena cuaca buruk dan kendala distribusi pasca liburan Idul Fitri yang lalu.

Berdasarkan hasil pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) di 90 kota, tingkat inflasi bulanan pada Mei 2022 sebesar 0,40% atau terjadi peningkatan indeks harga konsumen (IHK) dari 109,98 pada April 2022 menjadi 110,42 pada Mei 2022. Sementara inflasi tahun kalender tercatat sebesar 2,56% dan inflasi tahun ke tahun (year on year/YoY) sudah mencapai 3,55%.

Kepala BPS Margo Yuwono mengatakan tingkat inflasi tahun ke tahun yang mencapai 3,55% pada Mei 2022, merupakan tertinggi sejak Desember 2017 lalu. Pada Desember 2017, tingkat inflasi tahun ke tahun mencapai 3,61%.

Baik dari komponen maupun kelompok pengeluaran, penyumbang inflasi terbesar terutama dari kenaikan harga komoditas pangan. Dari sisi komponen, andil terbesar inflasi terutama dari komponen harga bergejolak yang memberikan andil sebesar 0,16%. “Penyebab utamanya berasal dari telur ayam ras, bawang merah, dan daging sapi,” ujar Margo saat konferensi pers, Kamis (2/6).

Baca Juga :   Program Perlinsos Pemerintah Mengacu Data Regsosek

Masih dari sisi komponen, penyumbang inflasi pada Mei adalah komponen inti yang memberikan andil sebesar 0,15%. Komoditas dominan pendorong inflasi pada komponen inti juga terkait dengan pangan diantaranya adalah ikan segar, nasi dengan lauk dan roti manis.

Berdasarkan kelompok pengeluaran, penyebab utama inflasi juga terutama dari kenaikan komoditas pada kelompok makanan, minuman dan tembakau. Kelompok ini memberikan andil pada inflasi Mei sebesar 0,2%.

“Komoditas utama penyumbang inflasi di kelompok bahan makanan ini berasal dari telur ayam ras, dimana telur ayam ras ini memberikan andil sebesar 0,05%. Dari pengamatan kita di 90 kota yang kita pantau inflasinya, ini disebabkan karena kenaikan harga pakan ayam serta tingginya permintaan karena adanya kenaikan harga telur ayam ras di berbagai kota,”ujar Margo.

Komoditas penyumbang inflasi kedua pada kelompok makanan, minuman dan tembakau adalah ikan segar. Margo mengatakan kenaikan harga ikan segar memberikan andil pada inflasi sebesar 0,04%.

“Naiknya harga ikan segar itu disebabkan oleh cuaca buruk yang melanda di berbagai perairan nusantara sehinga banyak nelayan yang tidak bisa melaut. Jadi supply-nya terbatas,” ujar Margo.

Baca Juga :   Investasi, Penjinak Hantu Inflasi

Komoditas ketiga pada kelompok makanan, minuman dan tembakau yang memberikan andil besar pada inflasi Mei adalah bawang merah. Kenaikan harga bawang merah memberikan andil sebesar 0,04% pada inflasi Mei.”Ini lebih disebabkan karena minimnya pasokan bawang merah dari daerah-daerah sentra produksi dan juga karena belum pulihnya distribusi pasca Idul Fitri yang menjadi pemicu kenaikan harga komoditas bawang merah,” ujar Margo.

Margo menjelaskan meningkatnya harga komoditas strategis di pasar global, seperti tepung terigu dan kedelai telah mempengaruhi tingkat inflasi di dalam negeri, meskipun kontribusinya belum terlau signifikan. Kenaikan harga tepung terigu memberikan andil pada inflasi Mei sebesar 0,008% dan tempe sebesar 0,052%.”Jadi transmisi ke domestik sudah mulai terasa, tetapi kontribusi atau andilnya kepada inflasi belum terlalu tinggi. Namun demikian, ini perlu diwaspadai kalau harga internasionalnya terus meningkat terutama industri turunannya yang berasal dari impor,” ujarnya.

Leave a reply

Iconomics