
Diklaim Sebagai Dampak Hilirisasi, Presiden Jokowi Pastikan Tahun Ini Neraca Perdagangan dengan China akan Surplus

Tangkapan layar, Presiden Joko Widodo
Presiden Joko Widodo menyampaikan hilirisasi sumber daya alam di Indonesia telah melipatgandakan nilai tambah, diantaranya terlihat dari nilai ekspor yang meningkat. Nilai ekspor nikel, misalnya, 6-7 tahun yang lalu, kata Presiden, nilainya baru US$1,1 miliar. Tahun 2021, nilai ekspor nikel Indonesia sudah mencapai US$20,9 miliar.
Berkaca dari kesuksesan hilirisasi nikel ini, Presiden mengatakan pemerintah akan terus memperluas cakupan komoditas yang harus ditingkatkan nilai tambahnya di dalam negeri sebelum diekspor. Karena itu, ekspor komoditas dalam bentuk mentahan (raw material) akan distop.
“Tahun ini mungkin stop timah, tahun depan stop bauksit, tahun depannya lagi stop copper (tembaga), ya, karena hasilnya kelihatan. Ini sering saya ulang. Contoh nikel, 7 tahun yang lalu, 6 tahun yang lalu, ekspor kita kira-kira hanya US$1,1 miliar, 2021 mencapai U$20,9 miliar. Nilai tambah, lompatannya 19 kali,” ujar Presiden saat membuka sarasehan 100 ekonom yang digelar INDEF dan CNBC Indonesia, Rabu (7/9).
Presiden menyampaikan nilai ekspor Indonesia diperkirakan akan terus meningkat pada tahun-tahun yang akan datang. Terlebih, pada tahun 2024, smelter tembaga Freeport Indonesia di Gresik, Jawa Timur akan beroperasi.
“Nanti, bapak, ibu akan lihat, setelah Gresik beroperasi 2024, kelihatan, berapa nilai tambah dari copper yang sudah lebih dari 50 tahun kita ekspor mentahan (raw material). Begitu juga nanti untuk bauksit, stop. Kira-kira mungkin akan muncul angka-angka di atas US$30 miliar. Entah dari nikel, entah dari copper, entah dari bauksit, saya pastikan itu,” ujar Presiden.
Peningkatan ekspor ini, tambah Presiden juga menyumbang surplus neraca perdagangan Indonesia, dengan beberapa negara mitra dagang utama.
“Misalnya dengan China, selalu minus. Saya ingat 2014 minus sampai US$13 miliar, minus neraca kita. 2021 kemarin minusnya sudah menjadi US$2,4 miliar. Tahun ini saya pastikan kita sudah surplus dengan RRT. Saya pastikan itu. Karena tadi, raw material yang tidak diekspor mentahan,” ujar Presiden.
Demikian juga perdagangan dengan Amerika Serikat. Surplus neraca perdagangan dengan negara Paman Sam ini terus meningkat. “Dulu surplus kita di 2012 US$3,3 miliar, sekarang U$14,4 miliar,” ujar Presiden.
Tetapi untuk peningkatan surplus dengan Amerika Serikat ini, Presiden buru-buru menyampaikan agar jangan dibicarakan lebih lanjut. “Karena bisa-bisa nanti kita dicabut fasilitas kita, GSP. Enggak usah didiskusikan masalah ini,” ujarnya.
GSP adalah program penurunan tarif bea masuk yang diberikan oleh Amerika Serikat kepada negara berkembang, termasuk Indonesia. Fasilitas GSP ini diberikan pada sejumlah produk Indonesia yang dinilai kurang berdaya saing di pasar Amerika Serikat dibanding produk yang sama atau sejenis dari negara lain.
Selain dengan China dan Amerika Serikat, neraca perdagangan Indonesia dengan India juga mengalami surplus sebesar US$5,6 miliar.
Presiden menyampaikan secara keseluruhan, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus selama 27 bulan berturut-turut, dari sebelumnya selalu mengalami defisit.
Leave a reply
