Dewan Pembina Apkasindo Minta Produktivitas Perkebunan Sawit Rakyat Ditingkatkan

0
578
Reporter: Rommy Yudhistira

Dewan Pembina DPP Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo) meminta petani sawit khususnya yang mengelola perkebunan rakyat meningkatkan produksi sawitnya. Soalnya, angka produktivitas lahan kelapa sawit milik perkebunan rakyat relative lebih rendah dibandingkan dengan perkebunan swasta besar.

“Selama satu dekade terakhir gap produktivitas antara perkebunan besar swasta dan perkebunan rakyat mengalami pelebaran. Ini mesti kita concern ini Pak Gulat Manurung (Ketua Umum DPP Apkasindo). Ini bahaya kalau gap-nya terlalu tinggi terus ini,” kata Ketua Dewan Pembina DPP Apkasindo Moeldoko dalam sebuah diskusi virtual beberapa waktu lalu.

Moeldoko menuturkan, angka produktivitas perkebunan rakyat untuk 2020, misalnya, tercatat 2,5 ton per hektare, sedangkan produktivitas perkebunan besar swasta 2,99 ton per hektare. Lalu di 2021, produktivitas perkebunan rakyat relatif stagnan yakni 2,75 ton per hektare, sementara produktivitas perkebunan besar swasta meningkat menjadi 3,84 ton per hektare.

“Peningkatan produktivitas perkebunan rakyat menjadi suatu persoalan yang kritikal mengingat peran perkebunan rakyat dalam produksi minyak mentah sawit (CPO) nasional cukup tinggi. Ini saya mengingatkan, jangan sampai ini semakin menurun, dengan segala alasan. Tidak ada alasan itu. Alasan pupuklah, tapi ini harus menjadi waspada. Itu yang saya ingatkan,” ujar Moeldoko.

Baca Juga :   Road Test B40 akan Kelar Desember 2022

Sementara itu, kata Moeldoko, peran perkebunan rakyat terhadap produksi di mana olahan CPO menjadi mayoritas yang diekspor. Pada 2021, misalnya, kontribusi ekspor untuk olahan CPO mencapai 90%, dan menunjukkan adanya hilirisasi ekspor produk kelapa sawit di Indonesia.

Berdasarkan struktur jenis perkebunan kelapa sawit, kata Moeldoko, kontribusi produksi CPO di Indonesia didominasi perkebunan swasta besar, perkebunan rakyat, dan perkebunan negara. Pada 2021, kontribusi produksi perkebunan besar swasta mencapai 30,7 juta ton atau setara 61,8% dari total produksi nasional.

Sementara produksi CPO perkebunan rakyat, kata Moeldoko, juga berkontribusi secara signifikan sebesar 16,7 juta ton atau 33,7% dari total produksi. Sedangkan kontribusi perkebunan negara hanya sebesar 4,4%.

“Dari struktur kepemilikan lahan, total luas lahan yang dimiliki perkebunan rakyat sangat signifikan yaitu seluas 6 juta hektare atau setara 40% dari total luas lahan 15 juta hektare. Jadi kalau kita lihat keluasan lahan, hasil produksinya, itu luar biasa,” kata Moeldoko lagi.

Masih kata Moeldoko, para petani sawit karena itu diharapkan dapat mengatur pengeluaran dan pemasukan keuangan dengan baik. Tujuannya untuk mengantisipasi apabila ada persoalan yang dapat mempengaruhi kondisi dan harga kelapa sawit dalam negeri.

Baca Juga :   Penerapan Kembali DMO untuk CPO Dinilai Tidak Akan Mampu Tekan Harga Migor

“Saya mengimbau kepada teman-teman sekalian untuk mengelola keuangan dengan baik, karena kita harus memikirkan anak-anak kita, cucu-cucu kita, agar bisa sekolah, bisa menata kehidupan untuk masa depan. Itu harapan saya kepada para petani sekalian. Semangat terus dalam situasi apapun,” katanya.

 

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics