
Darmin Nasution: Keberadaan Bank Sakit Berisiko Bagi Ketahanan Sektor Keuangan di Tengah Krisis Karena Covid-19

Darmin Nasution, Mantan Gubernur Bank Indonesia (2010-2013)/Katadata
Mantan Gubernur Bank Indonesia (2010-2013) sekaligus mantan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Darmin Nasution mengingatkan keberadaan bank sakit saat ini akan menjadi duri yang akan membahayakan ketahanan sektor keuangan Indonesia di tengah krisis akibat Covid-19.
Darmin mengatakan secara umum berbagai indikator penting perbankan memang terlihat masih sehat. Rasio kecukupan modal atau Capital adequacy ratio (CAR) misalnya masih berada di sekitar 22% pada Mei lalu. Kemudian rasio kredit bermasalah juga, meski naik dari sekitar 2% menjadi sekitar 3%, tetapi masih di level aman. Pertumbuhan kredit juga, meski melambat dari sekitar 5% menjadi sekitar 3%, tetapi tetap tumbuh positif.
Kalau melihat indikator tersebut, menurut Darmin, ketahanan sektor perbankan masih kuat. “Persoalannya, indikator-indikator tersebut adalah indikator agregatif, dia tidak menggambarkan setiap bank yang ada di dalamnya,” ujar Darmin saat menjadi pembicara kunci dalam webinar terkait ketahanan sektor keuangan di Indonesia yang digelar Iconomics, Kamis (16/7).
Tanpa menyebut jumlah dan nama bank, Darmin mengatakan saat ini ada sejumlah bank dalam kondisi sakit. “Saya kira itu adalah sesuatu yang sangat berisiko membiarkan bank tetap hidup padahal dia sakit. Bank sakit hidup itu seperti orang kalau berdiri itu hampir kelelep sampai di bibir. Kalau kelelep sampai di bibir tinggal ada gonjangan kecil, kelelep dia,” ujarnya.
Darmin mengatakan saat dirinya menjadi Gubenur BI, saat pengawasan bank masih berada di bawah BI, tidak ada satu pun bank yang dalam kondisi sakit. “Kalau kita bisa membangun situasi seperti itu di dalam jaring pengaman sektor keuangan, maka kita tidak perlu terlalu khawatir,” ujarnya.
Leave a reply
