
Chairul Tanjung Apresiasi Reformasi Ditjen Pajak, Tetapi Jangan Cuma Berburu di Kebun Binatang

Pengusaha Chairul Tanjung
Pengusaha Chairul Tanjung mengapresiasi reformasi yang dilakukan Direktorat Jenderal Pajak (DPJ). Menurut pengusaha yang juga pernah berkecimpung di pemerintahan ini, banyak perubahan yang dilakukan oleh DJP dalam beberapa tahun terakhir ini, seperti proses transformasi yang makin menuju ke arah transparansi dan integrasi data.
“Saya melihat sebenarnya proses transformasi, reformasi Ditjen Pajak ini luar biasa. Karena saya mengikuti betul tahapannya. Dulu misalnya, itu waktu kita bicara tentang reformasi itu against dari internal pajaknya itu luar biasa. Karena apa? Merasa dirinya adalah benar dan merasa dirinya, kalau bahasa sekarang itu ‘tukang palak’. Enggak pernah mau tahu, pokoknya. Pelan-pelan terjadi perbaikan, perbaikan, perbaikan. Kuncinya saya rasa betul apa yang disampaikan Pak Dirjen, digitalisasi,” ujar Chairul dalam talkshow hari pajak yang juga dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Dirjen Pajak Suryo Utomo dan mantan Dirjen Pajak Darmin Nasution, Selasa (19/7).
Menurut CT, sapaan Chairul Tanjung, digitalisasi dalam sistem perpajakan di Indonesia memungkinkan terjadinya cross information. “Cross information ini menjadi kata kunci, tetapi Ditjen Pajaknya enggak bisa sendiri. Semua Kementerian, semua transaksional harus ter-cross informasinya. Dengan begitu, maka akan terjadilah pajak yang proper, yang benar,” ujarnya CT.
Namun, CT juga mengingatkan agar ada jalinan komunikasi yang baik antara pihak pajak dengan pengusha selaku pembayar pajak. “Ini teman-teman pajak harus ingat, para penguasha ini kan ayam petelur. Nah, telurnya diambil, yang proper ngambilnya. Jangan sampai ayamnya stres. Kalau ayamnya stres enggak bertelur lagi. Apalagi kalau stresnya berlebihan, nanti ayamnya mati. Begitu ayamnya mati, enggak bertelur lagi. Jadi, perhatian yang baik, komunikasi yang baik. Kita juga mau ngebantu, tetapi communication menjadi kata kunci. Jadi, era pokoknya itu sudah enggak bisa ada. Karena dari dulu, itu selalu kalau kita mau bikin aturan hitam dan putih, enggak mau orang pajaknya. Maunya abu-abu terus aturan itu. Karena saya ikut terlibat betul. Begitu mau dihitam-putihkan, wah against. Kenapa? Karena kalau abu-abu peluang makin banyak,” ujar mantan Menko Perekonomian ini.
CT juga mengingatkan agar pajak bukan hanya sebagai instrumen fiskal. Tetapi, juga sebagai intrumen keadilan. Karena itu, ia meminta pemerintah agar belanja subsidi yang bersumber dari pajak harus benar-benar tepat sasaran.
“Tolong banyakin kasih orang yang miskin-miskin. Karena kalau subsidinya ke barang, pasti masuknya ke orang kaya lagi. Saya tahu Bu Ani (Menteri Keuangan), nyenggol Presiden terus, tetapi Presiden belum gerak nih. Subsidinya harusnya masuk ke orang miskin. Dengan begitu kita juga ikhlas, karena kita bayar pajak itu niatnya bukan cuma comply terhadap aturan perundangan, tetapi ada unsur sedekahnya. Ada unsur zakatnya,” ujarnya.
CT juga berharap agar pihak Ditjen Pajak tidak hanya berkutat pada wajib pajak yang sudah ada. Menurutnya, masih banyak pengusaha kaya raya yang belum bayar pajak dan tak terdeteksi pihak Ditjen Pajak.
“Jadi, ini kembali kita berharap jangan berburu di kebun binatang saja, sekali-kali di hutan juga. Karena kalau di kebun binatang, lama-lama kita stres juga. Sementara kita tahu Pak Dirjen, banyak sekali pengusaha-pengusaha enggak pernah dikenal orang. Usahanya pun enggak pernah tahu. Tetapi saya tahu persis, karena saya di perbankan uangnya ratusan miliar bahkan triliunan. Itu kalau uang saya sama uangnya dia, banyakan uang dia daripada uang saya. Nah, mereka ini belum tersentuh,” ujarnya.
Leave a reply
