
BKF: Indonesia Berpeluang Terhindar dari Resesi

Kepala BKF Kementerian Keuangan Febrio Nathan Kacaribu/Gaekon.com
Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan optimistis Indonesia masih punya harapan untuk menghindari resesi atas perekonomian nasional. Walau di saat bersamaan Dana Moneter Internasional (IMF) dan Bank Dunia memperkirakan krisis ekonomi di 2020 akan lebih berat dibanding 2008.
Kepala BKF Febrio Nathan Kacaribu mengatakan, laporan terakhir Bank Dunia menyebut lebih dari 90% perekonomian dunia di 2020 akan mengalami krisis atau pertumbuhan ekonominya akan negatif. Indonesia akan tetapi dinilai masih memiliki ketahanan yang lebih kuat dibandingkan negara lain dalam menghadapi tantangan yang muncul dari dampak pandemi Covid-19.
“Indonesia walau kita sangat tertekan dengan tantangan-tantangan yang kita hadapi, tampaknya memang lebih resiliance dibandingkan negara-negara lain. Saat ini kita masih punya peluang untuk tidak masuk resesi. Kalau pun resesi, harapannya mungkin tidak terlalu dalam,” kata Febrio ketika memberi sambutan dalam acara diskusi virtual digelar BKF, Jakarta, Jumat (24/7).
Pemerintah saat ini, kata Febrio, berharap perekonomian Indonesia untuk 2020 berada pada kisaran 0% dan mungkin sedikit di bawahnya sekitar -0,4%. Sementara itu, banyak negara terutama negara maju dan bahkan berbagai negara berkembang diperkirakan Bank Dunia mengalami tekanan sepanjang kuartal I dan II 2020.
“Kalau untuk negara maju itu banyak yang bahkan resesinya dalam sekali, bahkan ada yang -12% dan -15%. Indonesia saat ini diprediksi untuk 2020 itu berada di 0%. Kita sedang berusaha agar tidak negatif dan kalau itu berhasil itu prestasi kita bersama-sama,” kata Febrio.
Menghindari resesi pada tahun ini, kata Febrio, sangat penting untuk memastikan terjadinya kebangkitan kembali ekonomi nasional pada 2021. Jika dapat menghindari resesi, Indonesia berpotensi untuk menarik investasi lebih baik lagi di 2021 dengan mendapatkan reputasi sebagai negara yang mampu pulih dengan cepat dari situasi krisis.
“Di 2021 kita harus tumbuh di atas 4%, kalau bisa malah lebih dari itu. Dengan itu akan memberikan keunggulan bagi Indonesia untuk meningkatkan investasi di 2021 relatif lebih cepat dibandingkan negara lain,” kata Febrio.
Menurut Febrio, masuknya arus modal asing pada 2021 mirip dengan apa yang terjadi beberapa tahun setelah krisis finansial global pada 2008-2009. Pada periode 2010-2012, banyak negara mengalami krisis yang mendalam. Sementara, Indonesia justru modal asing yang masuk tumbuh 6% pada periode itu.
Untuk menghindari resesi, kata Febrio, pemerintah harus segera membangkitkan ekonomi pada kuartal III dan IV. Sebab, kuartal II/2020, Indonesia diperkirakan tumbuh negatif -4,3%. Untuk menangani dampak tersebut, maka perlu sekali melakukan stimulus.
“Ini yang sedang kita dorong supaya ke depan, kita bisa tumbuh lebih solid lagi untuk kuartal III. Ini jadi titik penentuan sebenarnya bagi kita karena kuartal II kita sudah pasti akan negatif. Kalau itu bisa kita lakukan, momentum itu bisa terus dilanjutkan sampai kuartal IV dan harapannya kita bisa tumbuh di atas 2%-3%,” katanya.
Leave a reply
