
Bidikan Permata Bank Tahun 2020, Apa Saja?

Jajaran Direksi Permata Bank usai Paparan Kinerja 2019 di Jakarta, Rabu (19/02/2020)/The Iconomics
PT Bank Permata Tbk (Permata Bank) menargetkan pertumbuhan kredit sekitar 8% hingga 10% pada tahun 2020. Salah satu segmen yang akan menjadi fokus adalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM).
Direktur Keuangan Bank Permata Lea Setianti Kusumawijaya mengatakan pertumbuhan dari sektor ini merupakan hal yang baru bagi perusahaan karena selama ini kredit UKM kurang mendapat perhatian.
“Kita lebih fokus ke kredit kecil yang skalanya itu sampai Rp10 miliar dan ini baru kita fokuskan 2020 ini,” kata Lea dalam konferensi pers terkait laporan keuangan 2019, Rabu (19/2/2020).
Harapannya, Permata Bank memperoleh profit cukup baik karena potensi margin suku bunga lebih baik daripada kredit komersial yang lebih besar.
Selain UKM, Lea mengatakan Permata Bank juga mempersiapkan strategi dan inisiatif untuk pertumbuhan aset di semua lini sektor lainnya, baik dari retail maupun wholesale banking. Pada sektorretail, ia mengatakan Bank BUKU III ini akan memfokuskan agar tetap menjadi top player di segmen pasar penyaluran Kredit Pemilikan Rumah (KPR).
Selain mempertahankan posisi di segmen KPR, Lea mengatakan bahwa perusahaan juga akan mencoba mengincar penyaluran kredit dengan margin suku bunga tinggi (high yield).
“Kredit yang diincar dari retail adalah kredit dengan margin suku bunga baik atau high yield, high risk melalui partnering dengan fintech dan lebih ke deepening penawaran produk dengan margin suku bunga tinggi seperti credit card dan KTA (Kredit Tanpa Agunan) kepada nasabah kita,” katanya.
Pada segmen korporasi, Permata Bank akan terus melakukan inovasi dan partnership dengan major player, baik dari supply chain hingga sophisticated solution untuk pembiayaan yang dibutuhkan oleh nasabah korporasi. Tak hanya itu, Permata Bank pun tak akan melupakan partnering dengan unit usaha syariah karena potensi syariah terutama dari BUMN cukup besar.
Lea juga menjelaskan meskipun ada aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru, yaitu PSAK 71 diyakini peningkatan cost of credit dari peraturan tersebut tidak akan melebihi pertumbuhan dari pendapatan operasional.
Sebagai informasi, pertumbuhan penyaluran kredit Permata Bank mencapai Rp108,15 triliun pada Desember 2019 atau 1,5% lebih besar dari pencapaian tahun lalu. Rasio kredit macet perusahaan bruto (Non-performing loan gross/NPL Gross) pun terjaga dengan penurunan dari 4,4% di akhir tahun 2018 menjadi 2,8% di akhir tahun 2019. Adapun NPL netto juga turun dari 1,7% di akhir tahun 2018 menjadi 1,3% pada akhir tahun 2019. Dari sisi pencadangan NPL coverage ratio terjaga sebesar 132,8%.
Permata juga mencatat laba bersih sebesar Rp1,5 triliun sepanjang tahun 2019 atau naik 66,5% dari periode tahun 2018.
Leave a reply
