
BI Rate Naik, BRI Tak Rem Penyaluran Kredit

Direktur Utama BRI, Sunarso saat memaparkan kinerja BRI kuartal pertama 2024, Kamis, 25 April 2024/Foto: Dok.BRI
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk [BBRI] tetap memacu pertumbuhan kredit pada tahun ini, meski Bank Indonesia [BI] menaikkan suku bunga acuan [BI Rate] sebesar 25 basis poin [bps] menjadi 7% dalam Rapat Dewan Gubernur BI April 2024.
Direktur Utama BRI, Sunarso menilai kenaikan BI Rate merupakan keputusan yang logis dan rasional untuk mengelola nilai tukar dan mengendalikan inflasi.
Keputusan tersebut, tambahnya, tentu akan berdampak bagi perbankan terutama dalam pengelolaan likuiditas.
“Artinya, bank harus ikut bersusah payah. Untuk apa? Tetap mempertahankan likuiditasnya di tengah kenaikan suku bunga,” ujar Sunarso dalam konferensi pers kinerja kuartal pertama BRI, Kamis (25/4).
Menurut Sunarso, bagi bank yang harus dicermati adalah kondisi likuiditasnya. BRI sendiri, tambah dia, memiliki likuiditas yang masih longgar yang tercermin dari Loan to Deposit Ratio [LDR] yang masih berada di level 83,38% per akhir Maret 2024.
Dengan LDR tersebut, jelas Sunarso, BRI masih mampu memacu pertumbuhan kredit hingga double digit yaitu sebesar 10,89% year on year pada kuartal pertama 2024.
Menurut Sunarso, dengan LDR 83,38%, BRI masih memiliki ekses likuiditas untuk mendorong pertumbuhan kredit.
“Sekarang, kalau begitu LDR berapa kira-kira mulai nervous? Menurut saya LDR itu akan optimal di kisaran 90-92%. Artinya, tidak terlalu rendah dan juga tidak terlalu tinggi. Kalau begitu dengan LDR 83,38%, menurut saya kita masih punya ekses likuiditas yang bisa kita gunakan untuk menumbuhkan kredit,” ujarnya.
“Jadi, naiknya suku bunga, pertama kita respons sebagai keputusan yang logis dan rasional. Tinggal tantangannya apa? Pasti itu akan menyebabkan tantangan di likuditas. Tetapi bagi BRI dengan LDR yang cuma 83,38%, saya pikir kita biasa saja. Dalam arti, pasti kita akan mempertahankan rasio likuiditas ini dengan sehat. Tetapi bukan berarti kemudian kita mengerem kredit. Kita masih bisa menumbuhkan kredit, karena kredit kita tumbuh 10,89%. Artinya kita harus pertahankan pertumbuhan kredit di double digit. Kita harus mampu mempertahankan pertumbuhan kredit di level double digit, meskipun suku bunga BI rate naik 25 bps,” ujarnya.
Ia mengatakan, bank baru akan hati-hati dalam penyaluran kredit apabila tingkat LDR sudah berada di atas 92%.
“Tetapi LDR di bawah 90% menurut saya kita harus tetap mendorong kredit,” ujarnya.
Bagaimana kinerja kredit BRI kuartal pertama 2024?
Hingga akhir Maret 2024 tercatat BRI berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp1.308,65 triliun atau tumbuh double digit sebesar 10,89% year on year. Dari penyaluran kredit tersebut, sebesar 83,25% diantaranya atau sejumlah Rp1.089,41 triliun merupakan portofolio kredit untuk segmen UMKM.
Penyaluran kredit yang tumbuh double digit tersebut berdampak terhadap meningkatnya aset perseroan, dimana tercatat aset BRI mencapai sebesar Rp1.989,07 triliun atau tumbuh 9,11% yoy.
Apabila dirinci, seluruh segmen pinjaman BRI tercatat tumbuh positif, segmen mikro tercatat tumbuh 10,51% yoy menjadi Rp622,61 triliun, segmen konsumer tumbuh 11,62% yoy menjadi Rp193,96 triliun, segmen kecil dan menengah tumbuh 8,06% yoy menjadi Rp272,85 triliun dan segmen korporasi tumbuh 15,10% yoy menjadi Rp219,24 triliun.
Meskipun mampu mendorong penyaluran kredit tumbuh double digit, BRI tetap mampu menjaga kualitas kredit yang disalurkannya. Hingga akhir Triwulan I 2024 tercatat rasio Non Performing Loan (NPL) BRI terkendali dikisaran 3,11% dengan rasio Loan at Risk (LAR) yang membaik, dari 16,39% di akhir Triwulan I 2023 menjadi 12,70% di akhir Triwulan I 2024.
Leave a reply
