Bersama Melawan Covid-19, Bukan Sekadar Jargon

0
2252

CEO Nexus Risk Mitigation & Strategic Communication Firsan Nova

A great leader takes people where they don’t necessarily want to go, but ought to be…” (Rosalynn Carter)

Sudah 40 hari berlalu sejak Presiden Joko Widodo mengumumkan orang pertama di negeri ini positif Covid-19 pada 2 Maret 2020. Ketika itu pemerintah masih fully confidence dengan menyatakan Covid-19 bukanlah isu penting.

Itu terlihat dari sejumlah pernyataan yang dikeluarkan oleh Menteri Kesehatan Terawan. Saat itu, sikapnya cenderung meremehkan. Terawan hanya meminta masyarakat berdoa, sambal menyatakan tak perlu khawatir secara berlebih karena penyakit ini akan sembuh sendiri.

Selanjutnya, semua cerita berubah dratis. Rasio kematian di Indonesia yang diakibatkan Covid-19 berada di level 8,75% hingga data 13 April 2020. Rasio itu jauh lebih tinggi dibandingkan rata-rata dunia yang berkisar di angkat 3%.

Artinya, sudah jelas bahwa Covid-19 ini menjadi tantangan kepemimpinan bagi pemerintah. Arnold Glasow mengatakan ”One of the tests of leadership is the ability to recognize a problem before it becomes an emergency”. Lalu headline sebuah koran nasional pada 6 April lalu tertulis besar di halaman utama “Jangan Telat Lagi”. Itu menandakan sebuah pesan langsung kepada pemerintah agar jangan sampai telat lagi.

Warning itu disampaikan karena dampak dari pandemic Covid-19 ini sudah semakin mengganggu gerak laju ekonomi nasional. Ketakutan mulai menghantui investor di pasar keuangan. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) turun hingga ke level 4.000. Nilai tukar menembus angka Rp 16.000.

Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan jika situasi ini masih berlangsung hingga 3 sampai 6 bulan ke depan, maka pertumbuhan ekonomi bisa merosot hingga 2,5% atau bahkan menjadi nol persen. Untuk memperbaiki sektor keuangan, pemerintah harus memperbaiki sentimen masyarakat menjadi positif dalam penanganan pandemi ini.

Sayangnya, mayoritas orang tidak puas dengan kinerja pemerintah. Hasil Survey INDEF menjelaskan dari 135.000 responden, sebanyak 66,28% menunjukkan ketidakpuasannya terhadap kinerja pemerintah dalam menangani virus Covid-19 ini. Namun demikian perjuangan melawan corona adalah perjuangan kita bersama.

Melawan Covid-19 dengan Buzzer

Pada 25 Februari 2020, satu minggu sebelum pengumuman Presiden. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto di Istana Negara menjelaskan pemerintah berencana mengucurkan dana untuk media dan influencer sebesar Rp 72 miliar.

Pemerintah juga menganggarkan insentif untuk wisatawan mancanegara sebesar Rp 298,5 miliar, subsidi diskon tiket pesawat Rp 98,5 miliar, anggaran promosi Rp 103 miliar, dan kegiatan kepariwisataan sebesar Rp 25 miliar. Sikap Terawan yang meremehkan Covid-19 mungkin saja menjadi dasar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian untuk mengambil langkah penyelamatan perekonomian negara.

Namun, alih-alih fokus pada antisipasi Covid-19, pemerintah justru menggandeng buzzer, memberikan diskon pesawat dan insentif bagi turis. Tak ada kebijakan untuk mengantisipasi penyebaran Covid-19. Bahkan, pada 15 Maret silam, Terawan secara mengejutkan menjadikan 188 Warga Negara Indonesia (WNI) Anak Buah Kapal (ABK) World Dream sebagai Duta Imunitas Corona.

The rest of history, selebihnya adalah fakta yang membuat kita berduka. Hingga 12 April, positif corona mencapai angka 4.241, meninggal dunia 373 orang dengan fatality rate tertinggi di dunia. Sebanyak 44 dokter dan perawat meninggal dunia, nilai tukar rupiah  terus merosot, IHSG jatuh seiring dengan pudarnya kepercayaan investor dan publik.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Halaman Berikutnya
1 2

Leave a reply

Iconomics