Asuransi Berbalut Investasi, Pahami Risikonya

0
1138
Reporter: Petrus Dabu

Bisnis asuransi pada dasarnya adalah transfer risiko dari pemilik risiko (individu atau pun perusahaan) kepada perusahaan asuransi. Jenis risiko itu macam-macam seperti kerugian, kerusakan, kehilangan, sakit, kecelakaaan, kematian, dan lainnya.

Untuk memproteksi dari risiko tersebut, pemilik risiko mengalihkannya ke perusahaan asuransi dengan membayarkan sejumlah uang sebagai premi. Bila selama masa kontrak risiko yang dijaminkan itu terjadi, perusahaan asuransi akan menanggungnya dengan membayarkan sejumlah uang pertanggungan. Sebaliknya, bila tidak terjadi risiko, premi yang dibayarkan itu dianggap ‘hangus’ atau ‘hilang’.

Tetapi itu konsep asuransi trandasional alias asuransi murni. Tampaknya konsep tradisional ini tak begitu diminati, karena ada anggapan ‘uang hangus’ atau ‘hilang’ tadi. Oleh karena itu muncul lah produk asuransi yang digabungkan (bundling) dengan investasi.

Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Togar Pasaribu mengatakan pada dasarnya asuransi jiwa tradisional di Indonesia ada tiga jenis yaitu asuransi berjangka (term life insurance), asuransi seumur hidup (whole life insurance) dan asuransi dwiguna. “Ketiga produk ini yang menanggung risikonya adalah perusahaan asuransi. Itulah kenapa ada terminologi risk transfer. Saya mentransfer risiko saya kepada perusahaan asuransi,” ujar Togar.

Baca Juga :   OJK Dorong Peran IT Pertahankan Produktivitas Industri Asuransi

Namun, produk asuransi tradisional ini kurang begitu punya daya tarik di mata kebanyakan masyarakat. Muncul lah produk asuransi yang mengawinkan asuransi tradisional dengan investasi, seperti saving plan dan unitlink.

Dua produk ini, meski sama-sama berbalut investasi, tetapi untuk saving plan, risiko investasi saving plan ditanggung oleh perusahaan asuransi. Sedangkan pada unitlink risiko investasi ditanggung oleh nasabah atau pemegang polis.

Togar menjelaskan unitlink merupakan kombinasi antara asuransi jiwa tradisional  plus instrumen investasi. Asuransi jiwa trandisionalnya bisa asuransi berjangka atau asuransi seumur hidup atau asuransi dwiguna. Risiko untuk sisi asuransinya ada di perusahaan asuransi. “Tetapi sisi investasinya itu ditanggung oleh nasabah,” ujarnya.

Ia mengatakan dua produk berbalut investasi ini sebenarnya sudah cukup lama dikenal masyarakat Indonesia. Saving plan sendiri sudah muncul di Indonesia pada tahun 1994, sedangkan unitlink muncul tahun 2000. Direktur Eksekutif AAJI mengakui produk asuransi berbalut investasi ini turut mendongkrak industri asuransi di Indonesia. Pasalnya tipikal masyarakat Indonesia umumnya tak mau uangnya hangus untuk membayar premi asuransi tradisional.

Baca Juga :   WanaArtha, Kejaksaan Agung dan Langkah Nasabah

Lantas, mana yang ideal? Pilihan kembali kepada masing-masing orang. Hanya saja, memahami risiko adalah kuncinya dan siap menanggung risiko tersebut.

Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan unitlink sudah ada sebelum produk investasi seperti reksadana ada. Ia sepakat bahwa produk unitlink memiliki daya tarik yang lebih di mata masyarakat karena dijual dalam satu paket dengan asuransi yang memberikan perlindungan atas risiko sakit atau meninggal dunia. Tetapi bicara soal imbal hasil, menurut Rudiyanto, reksadana lebih tinggi dibandingkan unitlink.

Berita selengkapnya dapat diperoleh dalam e-Magazine The Iconomics.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics