Akhir Pemerintahan Joko Widodo, Impor Pangan Indonesia Terus Meningkat

0
68

Swasembada pangan yang dicita-citakan pemerintah gagal terwujud. Impor pangan Indonesia, bahkan pangan strategis seperti beras masih tinggi pada tahun terakhir pemerintahan Joko Widodo.

Laporan terbaru Badan Pusat Statistik [BPS] mengungkapkan, meski neraca perdagangan Indonesia terus mengalami surplus, tetapi angka impor pangan terus mengalami peningkatan.

BPS mencatat, tiga komoditas pangan dengan nilai impor yang besar adalah gandum dan meslin, gula serta beras.

“Sepanjang Januari hingga Agustus 2024, impor gandum dan meslin, kemudian gula dan juga beras telah meyumbang sekitar 5,07% terhadap total impor non migas Indonesia,” ungkap Pudji Ismartini, Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa, Badan Pusat Statisitk [BPS] dalam konferensi pers kinerja ekspor-impor Indonesia, Selasa (17/9).

Total impor non migas pada Januari-Agustus 2024 mencapai US$127,83 miliar.

Impor komoditas pangan, kata Pudji, mengalami kenaikan pada periode Januari-Agustus 2024. Gandum dan meslin naik 3,84% year on year (YoY), tepung gandum dan meslin naik 48,79% YoY, gula naik 5,53% dan beras naik 121,34% YoY.

Baca Juga :   Kenaikan Harga Emas Mengakhiri Deflasi Berkepanjangan di Indonesia

Secara rinci, Indonesia mengimpor gandum dan meslin, termasuk tepung gandum dan meslin sebesar 8,44 juta ton atau senilai US$2,56 miliar selama periode Januari-Agustus.

Nilai impor gandum tersebut setara dengan 2,01% terhadap total impor non migas dalam periode Januari-Agustus 2024.

Beberapa negara asal utama impor gandum dan meslin adalah Australia (2,27 juta ton; US$707,39 juta) Kanada (1,82 juta ton; US$639,71 juta) Argentina (1,32 juta ton; US$373,56 juta).

Selanjutnya, Indonesia mengimpor gula sebesar 3,38 juta ton atau senilai US$2,00 miliar atau setara dengan 1,56% terhadap total impor non migas pada Januari-Agustus 2024.

Negara asal utama impor gula adalah Brasil (1,96 juta ton; US$1,15 miliar) Thailand (0,89 juta ton; US$533,78 juta) Australia (0,42 juta ton; US$241,31 juta).

Indonesia mengimpor beras sebesar 3,05 juta ton atau senilai US$1,91 miliar atau setara dengan 1,5% terhadap total impor non migas pada Januari-Agustus 2024.

Adapun negara asal utama impor beras adalah Thailand (1,13 juta ton; US$734,78 juta) Vietnam (0,87 juta ton; US$542,86 juta) Pakistan (0,46 juta ton; US$290,56 juta).

Baca Juga :   Disebut Sukses Jadi Lumbung Pangan dan Jaga Lahan Pertanian, Ini Cerita Wagub Jatim

BPS mencatat pada Agustus 2024, nilai ekspor Indonesia mencapai US$23,56 miliar, mengalami peningkatan 5,97% secara bulanan dan kenaikan 7,13% secara tahunan. Penyumbang utama peningkatan ekspor secara bulanan dan tahunan adalah sektor Industri Pengolahan. 

Di sisi lain, pada periode yang sama nilai impor mencapai US$20,67 miliar, mengalami penurunan 4,93% secara bulanan, tetapi mengalami peningkatan 9,46% secara tahunan. Impor Bahan Baku/Penolong menjadi penyumbang utama penurunan nilai impor secara bulanan sekaligus peningkatan nilai impor secara tahunan.

Dengan postur ekspor dan impor tersebut, pada Agustus 2024, neraca perdagangan barang Indonesia mengalami surplus sebesar US$2,90 miliar. Surplus ini lebih tinggi dibandingkan dengan surplus neraca perdagangan pada bulan lalu, tetapi lebih rendah dibandingkan bulan yang sama tahun 2023.

Secara kumulatif selama periode Januari-Agustus 2024, neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar US$18,85 miliar, lebih rendah dibandingkan surplus periode yang sama tahun lalu yang sebesar US$24,32 miliar.

Leave a reply

Iconomics