
Ada Krisis Perbankan Global, OJK Tak Revisi Target Penyaluran Kredit Tahun Ini

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar
Krisis perbankan global yang ditandani kolapsnya beberapa bank di Amerika Serikat dan Eropa tak mengharuskan perbankan di dalam negeri untuk mengerem penyaluran kredit demi menjaga likuiditas. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melihat dengan kondisi Loan to Deposit Rato (LDR) yang mendekati 80% dan didukung Capital Adequacy Ratio (CAR) yang berada di kisaran 26%, bank-bank di dalam negeri dapat terus menyalurkan kredit sesuai dengan target pada tahun ini yaitu 10% hingga 12%.
Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar mengatakan hingga awal Maret 2023 pertumbuhan kredit perbankan di dalam negeri masih dobel digit di atas 10%.
“Di sisi yang lain, di lihat dari segi loan to deposit ratio, yang nilainya adalah di kisaran menuju 80%, menunjukkan bahwa peluang untuk meningkatkan pinjaman atau kredit bisa terus dilakukan oleh perbankan di Indonesia. Apalagi, juga ditopang oleh kecukupan modal atau CAR yang untuk bulan Maret lalu justru malah meningkat menjadi 26%. Sehingga, walaupun kita melakukan pengawasan dan pencermatan terhadap kondisi global, namun melihat dari kondisi yang ada di perbankan kita dan juga rasio-rasio yang saya sampaikan tadi, sebenarnya rencana untuk mencapai target-target yang telah ditetapkan pada keseluruhan tahun 2023 ini akan dapat terus dijalankan dengan konsisten,” ujar Mahendra dalam konferensi pers bulanan industri jasa keuangan, Senin (3/4).
Kredit perbankan pada Februari 2023 tumbuh sebesar 10,64% yoy, lebih tinggi daripada pertumbuhan pada Januari 2023 yang sebesar 10,53%, menjadi Rp6.375,3 triliun. Pertumbuhan kredit tersebut utamanya ditopang oleh kredit investasi yang tumbuh 13,01% yoy. Secara mtm atau bulanan nominal kredit perbankan Februari 2023 meningkat 1,02% mtm atau naik sebesar Rp64,44 triliun.
Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Februari 2023 tercatat tumbuh sebesar 8,18% yoy (Januari 2023: 8,03% yoy) menjadi Rp7.989 triliun, dengan giro dan deposito sebagai main driver. Secara mtm, DPK Januari 2023 tumbuh 0,44% atau naik Rp34,89 triliun. Komposisi DPK didominasi oleh CASA (current account and saving account) atau dana murah yang relatif stabil dan tidak terlalu terpengaruh terhadap pergerakan suku bunga.
Kondisi tersebut mendukung terjaganya kinerja likuiditas perbankan antara lain tercermin dari rasio-rasio likuditas yang berada di atas treshold. Rasio Alat Likuid/Non Core Deposit (AL/NCD) dan Alat Likuid/DPK (AL/DPK) pada Februari 2023 masing-masing tercatat sebesar 129,58% (Januari 2023: 129,64%) dan 29,09% (Januari 2023: 29,13%), jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 50% dan 10%. Adapun, Liquidity Coverage Ratio (LCR) dan Net Stable Funding Ratio (NSFR posisi Desember 22) masing-masing sebesar 244,20% dan 140,42%, jauh di atas ambang batas ketentuan masing-masing sebesar 100%.
Risiko kredit pada Februari 2023 terjaga dengan rasio NPL net perbankan sebesar 0,75% (Januari 2023: 0,76%) dan NPL gross sebesar 2,58% (Januari 2023: 2,59%). Di sisi lain, kredit restrukturisasi Covid-19 pada Februari 2023 terus mencatatkan penurunan menjadi Rp427,7 triliun (Januari 2023: Rp435,74 triliun) dengan jumlah debitur yang terus menurun menjadi 1,93 juta nasabah (Januari 2023: 2,02 juta nasabah).
Sementara untuk risiko pasar, Posisi Devisa Neto (PDN) tercatat sebesar 1,47% (Januari 2023: 1,51%), jauh di bawah threshold 20%. Di sisi permodalan, Capital Adequacy Ratio (CAR) industri Perbankan di level yang cukup tinggi dan menguat menjadi sebesar 26,1%(Januari 2023: 25,88%).
Leave a reply
