5G Diimplementasikan, Peran Manusia Bisa Makin Berkurang dalam Industri Manufaktur

0
435

Teknologi 5G yang sudah mulai dikomersialkan di Indonesia akan mempercepat proses robotik dalam industri manufaktur. Keunggulan 5G dalam hal kecepatan dan latensi dibandingkan teknologi 4G memungkinkan proses produksi pada industri manufkatur bisa dilakukan dengan peran manusia yang makin berkurang.

Direktur Jenderal Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika (Ditjen SDPPI) Kementerian Komunikasi dan Informatika, Ismail, mengatakan dua keunggulan yang dimiliki oleh teknologi 5G dibandingkan 4G adalah kecepatan mentransfer data atau informasi yang sangat cepat yaitu 10 sampai 20 kali lipat dari kecepatan 4G sekarang. Keunggulan kedua adalah delay time atau latensi yang sangat singkat yaitu 1 millisecond.

“Dengan dua improvement ini, kecepatan dan delay time, banyak sekali usecase yang tidak bisa dijalankan di 4G akhirnya bisa dijalankan di 5G. Salah satu usecase yang sangat penting buat industri adalah usecase untuk melakukan percepatan proses atau robotik, menggantikan peran dan fungsi manusia di industri manufaktur,” ujarnya dalam webinar ‘Strategi Pengembangan 5G di Indonesia untuk Mangkatalisasi Industri 4.0’ yang diadakan oleh The Iconomics, Jumat (20/8).

Baca Juga :   Huawei Menjawab: Teknologi 5G dan Pasar Indonesia

Dengan 5G ini, tambah Ismail, sangat mungkin sekarang untuk mengimplementasilkan proses robotik secara penuh. “Kalau dengan 4G kemarin mungkin masih sebagian dari business process yang dijalankan secara offline atau oleh manusia. Tetapi dengan implementasi 5G, maka industri atau manufaktur memiliki peluang untuk mengimplementasikannya secara penuh dan mengkoneksikan apa yang diproduksi itu dengan kebutuhan pasar. Artinya, transparan antara market dengan production. Ini keunggulannya yang menurut saya menjadi katalisator utama untuk mendorong industri menjadi memanfaatkan 5G ini menjadi sangat cepat,” ujar pria yang juga menjadi Pelaksana Tugas Plt. Direktur Jenderal Penyelenggaraan Pos dan Informatika ini.

Ismail menambahkan implementasi teknologi 5G untuk mendukung industri 4.0 juga harus diimplementasi bersama dengan teknologi-teknologi yang lainnya seperti Artificial Intelligence (AI), Internet of Things (IoT), Cloud Computing, big data dan lain-lain.

“Jadi untuk industri 4.0 seluruh kemampuan teknologi ini [5G] harusnya dikombinasikan sehingga menghasilakan suatu efisiensi industri yang luar biasa dan bisa meprediksi pasar dengan baik, tidak wasting time, tidak kemudian memproduksi sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh market dan seterusnya. Ini adalah kelebihan dari kombinasi-kombinasi teknologi,” ujarnya.

Baca Juga :   Kementerian Kominfo Blokir 4.873 Konten Fintech Online Ilegal

Selain kombinasi dengan teknologi lainnya, impelentasi teknologi 5G juga harus didukung oleh Sumber Daya Manusia (SDM). Ia mengatakan mindset para pemimpin perusahaan harus berubah. “Kalau digital leadership belum ada, berarti belum berani atau belum akan [ada] spending budget yang cukup untuk ini. Akhirnya tentu ini akan diimpelentasikan setengah-setengah dan tidak maksimal,” ujarnya.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics