
Tumbuh 50% pada 2020, Bank Mega Proyeksikan Tahun 2021 Kembali Cetak Laba

Direktur Utama Bank Mega Kostaman Thayib/Bank Mega
Di tengah tantangan ekonomi yang berat pada tahun 2020 lalu, Bank Mega berhasil mempertahankan pertumbuhan positif bisnisnya. Laba setelah pajak Bank tumbuh sekitar 50%. Manajemen optimistis pada tahun 2021 ini seiring dengan pemulihan ekonomi, laba Bank juga akan tetap tumbuh positif.
“Total profit after tax Bank Mega meningkat dari Rp2 triliun menjadi Rp3 triliun di Desember 2020, meningkat sebesar Rp1 triliun atau tumbuh sebesar 50% YoY. Pertumbuhan profit Bank Mega yang sebesar 50% ini jauh lebih besar jika dibandingkan dengan pertumbuhan profit perbankan posisi November 2020 yang malah turun 31%. Dari seluruh bank BUKU III dan BUKU IV yang telah merilis laporan keuangan tahun 2020 profit Bank Mega sementara berada di urutan ke-4 terbesar,” ujar Direktur Utama Bank Mega, Kostaman Thayib saat paparan publik, Rabu (17/2).
Kostaman menjelaskan laba yang meningkat ini ditopang oleh pertumbuhan dari dua sumber pendapapatan Bank yaitu net interest income dan fee base income. Net intereset income atau pendapatan bunga bersih Bank Mega pada tahun lalu tumbuh Rp330 miliar atau 9,2% dibandingkan tahun sebelumnya. Demikian juga fee base income, tumbuh Rp603 miliar atau 26% YoY.
“Ini tentu juga ditunjang dengan penurunan biaya operasional yang berhasil turun Rp327 miliar atau 9,5%,” jelasnya.
Laba Bank Mega yang naik ini juga tercermin dalam RoA yang juga meningkat dari 2,9% menjadi 3,6% di Desember 2020.
Total aset Bank Mega meningkat dari Rp101 triliiun menjadi Rp112 triliun di Desember 2020 meningkat sebesar Rp11 triliun atau tumbuh sebesr 11% YoY. Kostaman mengatakan pertumbuhan total aset Bank Mega tersebut juga lebih besar jika dibandigkan dengan pertumbuhan aset perbankan sebesar 7%.
Sedangkan untuk penyaluran kredit, Kostaman mengatakan pada tahun 2020 lalu total kredit pihak ketiga Bank Mega mengalami penurunan dari Rp51 triliun menjadi Rp48 triliun di Desember 2020, turun sebesar 3 triliun atau sebesar -6% YoY. Secara industri, tahun lalu penyaluran kredit mengalami kontraksi sebesar 2% YoY. “Hal ini karena kondisi pandemi Covid-19 yang mengharuskan Bank untuk berhati-hati dan lebih selektif dalam penyaluran kredit,” ujarnya.
Kostaman mengatakan tahun 2021 ini, manajemen Bank Mega optimistis bisa kembali meraih pertumbuhan yang positif. Profit after tax diproyeksikan tumbuh menjadi Rp3,5 triliun, aset tumbuh menjadi Rp117 triliun, kredit pihak ketiga tumbuh menjadi Rp51,51 triliun dan dana pihak ketiga tumbuh menjadi Rp84 triliun.
Untuk mencapai pertumbuhan yang positif pada tahun ini, Kostaman mengatakan ada beberapa hal yang dilakukan manajemen. Pertama, Bank tetap menumbuhkan kredit dengan kualitas yang baik. Kemudian tetap menumbuhkan dana pihak ketiga dengan cost of fund yang lebih rendah.
Kedua, tetap meningkatkan pendapata fee base income, tetapi melakukan otomasi proses dan transformasi digital untuk mendukung perkembangan bisnis, meningkatkan kenyamanan nasabah, memitigasi risiko dan juga dapat mengakibatkan efsiensi biaya operasional.
Ketiga, seperti biasa Bank Mega juga akan memanfaatkan ekosistem CT Corpora untuk meningkatkan volueme usaha, menciptakan peluang-peluang usaha baru, yang akan memeberikan keuntungan bagi nasabah dan bagi Bank Mega.
Leave a reply
