Tumbuh 4,94% YoY pada Triwulan III 2023, Laju Ekonomi Indonesia Melambat

1
251

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia berdasarkan besaran produk domestik bruto atau PDB pada triwulan III 2023 dalam tren melambat, sejalan dengan tren di beberapa negara mitra dagang Indonesia seperti China dan India.

Badan Pusat Stastisik (BPS) mengumumkan, nilai PDB Indonesia atas dasar harga berlaku pada triwulan III 2023  sebesar Rp5.296 triliun dan atas dasar harga konstan sebesar Rp3.124,9 triliun.

Dengan nilai PDB tersebut, ekonomi Indonesia pada triwulan III 2023 bila dibandingkan triwulan II 2023 atau secara q-to-q tumbuh sebesar 1,60%. Bila dibandingkan dengan triwulan III 2022 atau secara year on year (YoY), ekonomi Indonesia pada triwulan III 2023 tumbuh sebesar 4,94%. Dus, secara kumulatif, sepanjang tahun 2023 ini, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,05% c-to-c.

“Secara year on year ekonomi triwulan III 2023 tumbuh 4,94% dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya, dengan capaian ini ekonomi Indonesia tetap terjaga solid dan tumbuh positif,” ujar Amalia Adininggar Widyasanti, Plt Kepala BPS dalam konferensi pers, Senin (6/11).

Baca Juga :   Peternak Dalam Negeri Protes, Indonesia Impor Susu 257 Ribu Ton Selama 2024

Meski disebut ‘masih solid’, tetapi pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam tren melemah. Pertumbuhan 4,94% YoY pada triwulan III 2023 merupakan pertumbuhan terendah sejak triwulan IV 2021.

Sejak triwulan IV 2021, pertumbuhan ekonomi Indonesia stabil di level 5%. Sebagai pembanding, pada triwulan II 2023 lalu, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,17% YoY. Sedangkan pada triwulan III 2022 lalu, ekonomi Indonesia tumbuh sebesar 5,73%.

Laju pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat ini juga sama dengan yang terjadi di dua mitra dagang utama Indonesia yaitu China dan India. Pada triwulan III 2023, ekonomi China tumbuh 4,9% YoY, lebih rendah dari triwulan II 2023 yang sebesar 6,3%.

Sementara ekonomi India, pada triwulan III 2023 tumbuh sebesar 6,5%, lebih rendah dari triwulan sebelumnya yang sebesar 7,8%.

Pertumbuhan Sektoral dan berdasarkan pengeluaran

Amalia memaparkan, kecuali lapangan usaha Jasa Pendidikan dan Administrasi Pemerintahan, seluruh lapangan usaha tumbuh positif pada triwulan III 2023,

Lapangan usaha utama yaitu lapangan usaha dengan kontribusi 65,32% terhadap PDB antara lain Industri Pegolahan, Pertanian, Perdagangan, Pertambangan dan Konstruksi melanjutkan tren pertumbuhan yang positif.

Baca Juga :   Neraca Perdagangan Tahun 2022 Surplus US$54,46 Miliar, Naik 53,71%

Lapangan usaha dengan pertumbuhan tertinggi secara year on year adalah Transportasi dan Pergudangan yang tumbuh 14,74%, Jasa Lainnya tumbuh 11,14% dan Akomodasi, Makanan dan Minuman tumbuh 9,0%.

Pertumbuhan tinggi pada tiga lapangan usaha tersebut didorong oleh meningkatnya aktivitas produksi,  mobilitas masyarakat, dan meningkatnya kunjungan wistawan mancanegara, serta terselenggaranya beberapa acara nasional dan inetrnasional serta dimulainya kegiatan politik menjelang pemilu.

Berdasarkan komponen pengeluaran kompoen konsumsi rumah tangga, investasi atau PMTB dan konsumsi lembaga non profit atau  LNPRT tumbuh positif di triwulan III 2023. Sementara, ekspor-impor dan konsumsi pemerintah mengalami kontraksi.

Sebagai penyumbang utama PBD menurut komponen pengeluaran, konsumsi rumah tangga tumbuh sebesar 5,06%. Amalia mengatakan, konsumsi rumah tangga terus tumbuh seiring dengan terkendalinya inflasi. Pertumbuhan konsumsi rumah tangga tertinggi terjadi pada transportasi dan komunikasi tercermin dari  meningkatnya penjualan sepeda motor dan penumpang angkutan rel, laut dan udara, serta restoran dan hotel tercermin dari meningkatnya tingkat hunian kamar hotel.

Sementara itu, PMTB tumbuh sebesar 5,77% didorong oleh pertumbuhan barang modal, bangunan, kendaraan serta produk kekeyaan intelektual.

Baca Juga :   BPS: Inflasi Agustus 2019 Tercatat 0,12 Persen

Ekspor impor pada triwulan III 2023 mengalami kontraksi. Ekspor terkontraksi sebesar 4,26% dan impor juga mengalami kontraksi sebesar 6,18%.

Konsusmi pemerintah mengalami kontraksi sebesar 3,76% di triwuan III 2023 didorong oleh penurunan belanja pegawai, belanja barang dan belanja bantuan sosial.

“Seperti yang kita ketahui, terdapat pergeseran pembayaran gaji ke-13 dimana pada tahun 2022 pembayaran gaji ke-13 dilakukan di triwulan III sedangkan pada tahun 2023 terjadi di triwulan II sehingga kemudian konsumsi pemerintah tumbuh 10,57% pada triwulan II 2023 dan kontraksi sebesar 3,76% di triwulan III 2023,” jelas Amalia.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics