
Transformasi Bisnis, Holding PTPN Fokus Kembangkan Gula dan Kelapa Sawit

Ilustrasi panen kelapa sawit/Ist
Holding Perkebunan Nusantara (PTPN III) akan fokus memanfaatkan komoditas kelapa sawit dan tebu sebagai bagian dari transformasi strategis holding perkebunan. Karena itu, PTPN akan mengurangi lahan-lahan yang digunakan untuk karet dan teh agar diubah untuk menghasilkan tebu dan kelapa sawit.
Direktur Utama Holding PTPN III Mohammad Abdul Ghani mengatakan, melalui langkah itu, Holding PTPN III kemungkinan akan memperluas lahan tebu dari areal 60 ribu hektare menjadi sekitar 70 ribu hektare hingga 80 ribu hektare. Perusahaan, kata Abdul Gani, akan mengkonsolidasikan lahan tanam tebu mereka dengan Perum Perhutani, yang juga memiliki sekitar 60 ibua hektare hingga 70 ribu hektare lahan tebu sehingga total captive land yang dikuasai oleh kedua BUMN perkebunan tersebut mencapai hingga 140 ribu hektare.
Ke depannya, kata Abdul Ghani, pihaknya akan membentuk suatu organisasi gula untuk mensinergikan lahan yang dimiliki perusahaan dengan lahan tebu milik rakyat yang diperkirakan dapat tumbuh hingga 170 ribu hektare. Apabila lahan milik rakyat dapat dikonsolidasikan dengan lahan milik BUMN, maka industri gula nasional dapat memanfaatkan lahan sebesar 300 ribu hektare.
“Nanti ketika industri gula diperkuat, kita memiliki land bank sebesar 300 ribu (hektare) di mana 130 ribu(hektare) lahan sendiri dan 160 ribu hingga170 ribu lahan rakyat. Kapasitas pabrik kami sebanyak 43 pabrik gula bisa memproduksi 2 juta ton GKP (gula kristal putih). Saya pastikan kalau itu tercapai maka kebutuhan gula konsumsi indonesia bisa cukup,” kata Abdul saat menghadiri rapat dengar pendapat dengan Komisi VI DPR, di Jakarta, Rabu (8/7).
Abdul Ghani menambahkan, pembentukan organisasi gula untuk mewujudkan swasembada gula nasional akan terjadi di 2022. Apalagi perusahaan akan fokus untuk mengkonsolidasi organisasi terlebih dahulu.
Di samping itu, kata Abdul Ghani, perseroan mulai fokus di sektor hilir dengan memasuki pasar gula retail. Perusahaan Abdul Ghani telah memasuki pasar retail sejak bulan Juni lalu di mana untuk tahap pertama pihaknya menyiapkan pasokan sebesar 8 ribu ton gula, namun jumlah tersebut ditargetkan untuk diperluas hingga 20 ribu ton per bulan ke depannya.
Dengan memperkuat pasokan gula domestik, Abdul Ghani berharap itu bisa membantu mensejahterakan para petani dengan memperoleh harga lebih baik. Harga gula pada tahun ini sudah naik Rp 1.000 dibandingkan tahun sebelumnya.
“Dengan meningkatnya produksi kelapa sawit kita bisa menambah pasokan CPO di nasional atau ekspor dan dengan gula kita meningkat, kita harap petani bisa peroleh harga lebih baik kemudian harga di tingkat konsumen bisa dikendalikan,” katanya.
Leave a reply
