
Tiru 1998, BUMN Dinilai Bisa Jadi Andalan Gerakkan Ekonomi di Masa Covid-19

Mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng/The Iconomics
Duet orang nomor satu dan nomor dua BUMN memimpin penanggulangan Covid-19 dan pemulihan ekonomi nasional (PEN) dinilai sebagai bentuk kepercayaan pemerintah dan masyarakat. Keberadaan Erick Thohir sebagai Ketua Pelaksana Komite Penanggulangan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) dan Budi Gunadi Sadikin sebagai Ketua Satgas PEN menandakan BUMN menjadi andalan menggerakkan ekonomi yang terdampak Covid-19.
“Yang paling dibanggakan adalah pada saat krisis multidimensi saat ini, yaitu krisis Covid-19 dan ekonomi adalah dengan penunjukan Erick Thohir duet bersama Pak Budi Sadikin sebagai ketua satgas ekonomi. Ini luar biasa kepercayaan negara kepada BUMN,” kata mantan Menteri Negara Pendayagunaan BUMN Tanri Abeng dalam sambutannya di acara “Talk Show & Awarding: Corporate Reputation BUMN (Before & After Pandemi) Milennial’s Perspective” yang digelar The Iconomics secara virtual, Senin (28/9).
Tanri Abeng menuturkan, sejarah pembentukan Kementerian BUMN terjadi pada saat situasi krisis ekonomi yang menjerat Indonesia pada 1998. Pada saat itu, Presiden Soeharto menunjuknya sebagai menteri Pendayagunaan BUMN untuk mengoptimalisasi dan mengangkat nilai BUMN-BUMN yang saat itu dinilai tidak produktif.
“Maka keesokan harinya, saya sudah menghadap presiden di Cendana dengan menyampaikan strategi saya yaitu strategi restrukturisasi, profitisasi dan privatisasi. Artinya sebelum privatisasi harus terjadi profitisasi terlebih dahulu untuk meningkatkan nilai BUMN. Itulah yang dimaksud oleh Pak Harto dengan value creation,” kata Tanri Abeng.
Sejak pembentukan itu, kata Tanri Abeng, peranan BUMN terhadap pemulihan ekonomi pada 1999 cukup signifikan karena berhasil dalam melakukan profitisasi bisnis sehingga tidak perlu sepenuhnya melakukan privatisasi melalui konsesi.
“Jadi kita tidak jual konsesi seperti di Pelindo II dan III, itu kita dapat seluruhnya US$ 1 miliar, cash flow masuk ke pemerintah, dan itu mendukung peningkatan nilai rupiah sehingga pada akhir era Habibie, rupiah sudah menguat ke level Rp 7.000 dari era sebelumnya Rp 17.000,” kata Tanri Abeng.
Menurut Tanri Abeng, kontribusi BUMN kepada ekonomi nasional sudah sangat signifikan saat ini. Buktinya dari total nilai aset konsolidasi yang berada di bawah Kementerian BUMN mencapai nilai Rp 8.200 triliun atau lebih dari 50% dari PDB Indonesia.
Selain itu, BUMN pun juga mempunyai kontribusi sangat besar kepada sektor UMKM yang saat ini merupakan salah satu sektor paling rentan terhadap dampak dari pandemi. Semisal, 78% dari portofolio BRI saat ini diarahkan kepada kredit untuk UMKM.
Tanri Abeng berharap dengan dukungan dari seluruh BUMN dapat memberikan kontribusi yang baik dari segi korporatisasi untuk profitisasi dan efisiensi serta pelayanan publik maupun juga terhadap peranan-peranan lain dari BUMN dalam menunjang perbaikan ekonomi yang telah terpuruk akibat pandemi.
Krisis yang terjadi saat ini, kata Tanri Abeng, berbeda dengan 1998 karena bersifat multidimensi. Dengan demikian, tidak akan selesai sebelum 2021 lantaran kondisi yang penuh kompleksitas dan masih tidak bisa diprediksikan.
“Oleh karenanya kita berdoa dan mengharapkan bahwa duet menteri BUMN dan wakil menteri BUMN bisa mengatasi tantangan ini, dan bangsa ini bisa keluar dari krisis multidimensi ini,” katanya.
Leave a reply
