
Tiga Tantangan Humas Sehingga Harus Adaptif, Inovatif dan Kolaboratif

Agung Laksamana, Ketua Umum Perhumas/iconomics
Perhimpunan Hubungan Masyarakat Indonesia (Perhumas) menggelar Konvensi Nasional Humas (KNH) selama dua hari, 4-5 Desember 2020. Acara yang digelar secara virtual ini dibuka secara resmi oleh Wakil Presiden Indonesia, K.H Ma’ruf Amin.
Ketua Umum Perhumas Agung Laksamana mengatakan konvensi ini diiikuti oleh lebih dari 1.000 peserta baik melalui zoom maupun yang menyaksikan pembukaan konvensi malui live streaming. Para peserta terdiri dari anggota Perhumas dari berbagai daerah termasuk humas pemerintah, swasta, konsultan humas serta anggota Perhumas-perhumas muda dari berbagai kampus di seluruh Indonesia.
Dalam sambutan pembukaan, Agung mengatakan dunia perhumasan saat ini menghadapi tiga tantangan sekaligus. Pertama, era industri 4.0 yang membawa perubahan di mana-mama mulai dari industri perbankan, finansial, marketing hingga jurnalisme. Di era industri 4.0 ini tugas yang selama ini dikerjakan manusia bisa digantikan oleh robot dan artificial intelligent (AI).
“Bahkan seorang humas bertanya kepada saya apakah humas bisa digantikan dengan robot dan artificial intelligence nantinya? Di era 4.0 ini publik berbekal smartphone adalah media. Anda dengan follower lebih dari 10.000 adalah media. Robot sudah bisa membuat berita sendiri, di Jepang AI sudah menjadi creative director sebuah iklan dan music video, bahkan di China AI sudah menjadi news anchor dan seorang pembaca berita. Di industri 4.0 ini dengan arus digital yang sangat derasnya, sangat mengkawatirkan juga. Berita menjadi independen tanpa sensor sehingga publik bingung mana berita yang kredibel, mana yang hoax, mana yang fake news. Dan bahkan publik sendiri juga tidak bisa membedakan mana news yang real dengan kode etik jurnalistik dan mana yang fake news,” jelas Agung.
Tantangan kedua, banjirnya informasi di era disruptif ini membawa tantangan bagi praktisi humas dalam mendapatkan atensi dari target audiens. Sebagai gambaran, dalam dunia digital ini dalam waktu 60 satu menit setidaknya terdapat 42 juta pesan WhatsApp (WA), 18 juta pesan SMS dan 188 juta e-mail yang dikirim. Kemudian terdapat setidaknya 200 ribu zoom meeting yang berlangsung, ada 4,5 juta orang yang sedang nonton Youtube, ada 350.000 orang yang sedang meninjau Instagram-nya.
“Artinya, pesan humas berkompetisi di era disrupsi ini, bersaing untuk mendapatkan atensi pembaca dan stakeholder kita,” ujar Agung.
Tantangan ketiga adalah pandemi Covid-19 yang menyebabkan ekonomi mengalami kontraksi. Agung mengatakan pertumbuhan dalam industri kehumasan berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi. Bila ekonomi tumbuh, industri humas juga tumbuh karena akan ada banyak produk baru yang diluncurkan yang membutuhkan jasa humas untuk brand dan produk awareness. Namun, sebaliknya, jika pertumbuhan ekonomi turun, seperti yang terjadi karena Covid-19 saat ini, maka juga akan berdampak bagi dunia perhumasan.
“Dengan tiga tantangan besar tadi, mau tidak mau humas harus berubah, humas harus berevolusi. Jika tidak humas akan absolute bahkan punah. Dengan kata lain humas harus adapt or die. Di titik inilah argumen kami dari Perhumas dan menjadi tema besar Konvensi Nasional Humas 2020 ini bahwa humas harus adaptif terhadap perubahan yang konstan, humas harus inovatif menacari solusi yang kreatif dan strategis dan humas harus kolaboratif, memiliki team work dan tidak ego sektoral,” ujar Agung.
Leave a reply
