Sri Mulyani: Ancaman Perubahan Iklim Itu Nyata Seperti Pandemi Covid-19

0
151

Ancaman perubahan iklim dan pandemi Covid-19 dinilai punya dampak yang sama terhadap semua negara di dunia. Bedanya pandemi Covid-19 dimulai dari Wuhan, Tiongkok dan kemudian segera meluas ke seluruh dunia dengan mobilitas manusia.

Sementara perubahan iklim, kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, adalah ancaman global yang nyata dan sudah dipelajari oleh berbagai ilmuwan yang menggambarkan dunia ini sedang mengalami pemanasan global. Semakin negara-negara di dunia membangun, semakin sejahtera pula masyarakatnya, mobilitas semakin tinggi, penggunaan energi kian besar, maka tekanan terhadap sumber daya alam menjadi nyata.

“Seluruh kegiatan manusia juga makin menghasilkan emisi karbondioksida atau emisi karbon yang menganvam dalam bentuk kenaikan suhu. Dunia saat ini berlomba-lomba menekan agar kenaikan suhunya tidak naik 1,5 derajat untuk hindari implikasi katastropik,” kata Sri Mulyani dalam sambutannya di acara “ESG Capital Market Summit 2021,” Selasa (27/7).

Sri Mulyani mengatakan, perubahan iklim tentu saja mempengaruhi seluruh mahluk dan manusia di dunia sama seperti pandemi. Tidak satu negara yang bisa terbebas dari ancaman pandemi. Seperti dampak pandemi, negara yang tidak siap dari sisi kesehatan, dari sisi kemampuan fiskal, dari sisi untuk mendapatkan vaksin dan memvaksinasi, mungkin akan menjadi negara yang paling terdampak jauh lebih berat. Begitu pula dalam hal perubahan iklim, negara miskin mungkin akan mendapatkan dampak paling berat.

Baca Juga :   Toyota Astra Motor Rasakan Buah Manis Peluncuran Secara Virtual

Karena itu, kata Sri Mulyani, seluruh dunia sedang berikhtiar untuk menghindarkan dampak katastropik perubahan iklim ini. Momentum untuk itu meningkat dengan adanya beberapa pertemuan para pemimpin dunia.

Indonesia, kata Sri Mulyani, sebagai salah satu negara besar dari sisi geografi, jumlah penduduk dan ukuran perekonomian sehingga masuk dalam negara G20, pasti menjadi satu negara yang diperhitungkan dan bahkan dilihat partisipasinya untuk menangani risiko perubahan iklim. Karena seluruh dunia bisa terkena emisi karbon dan bisa siapa saja yang mengeluarkanna, maka Indonesia harus mampu tidak hanya menunggu tapi ikut membentuk apa yang yang disebut sebagai tatanan global baru.

“Indonesia tidak seharusnya selalu dalam situasi menunggu. Langkah-langkah kita bersama untuk bisa menempatkan Indonesia sebagai negara yang tidak didikte tapi ikut membentuk, ikut mempengaruhi, bahkan ikut menentukan apa yang seharusnya dilakukan oleh semua negara di dunia dalam rangka menghadapi Perjanjian Prancis,” ujar Sri Mulyani.

Leave a reply

Iconomics