
Sentuh Level Terendah Pada Triwulan II, BI Perkirakan Pertumbuhan Ekonomi Indonesia 2020 Sebesar 0,9%-1,9%

Gedung Bank Indonesia/Anadolu Agency
Bank Indonesia (BI) memperkirakan pola pertumbuhan ekonomi Indonesia secara kuartalan akan mencapai titik terendah pada triwulan II. Kemudian akan berangsur membaik pada triwulan III dan IV.
Pada triwulan I lalu, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 2,97%, melemah seiring dengan pertumbuhan ekonomi global yang juga melemah akibat dampak pandemi Covid-19.
“Kami sampaikan proyeksi terkini dari bank Indonesia untuk keseluruhan tahun kalender 2020 adalah 0,9% sampai 1,9% pada tahun 2020 dengan pola dari 2,97% di triwulan I, menurun cukup dalam di triwulan II baru kemudian meningkat di triwulan III dan triwulan IV,” ujar Gubernur BI, Perry Warjiyo di Jakarta, Kamis (18/6).
Pemulihan ekonomi pada triwulan III dan IV terjadi seiring dengan kebijakan New Normal dari pemerintah dimana aktivitas ekonomi kembali dibuka secara bertahap dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Selain itu berbagai stimulus fiskal yang digelontorkan pemerintah juga akan mendorong pemulihan ekonomi.
BI sendiri sudah menurunkan suku bunga acuan untuk mendukung proses pemulihan ekonomi ini. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) pada 17-18 Juni 2020 memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,25%.
BI juga menurunkan suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi 3,50% dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 5,00%.
“Keputusan ini konsisten dengan upaya menjaga stabilitas perekonomian dan mendorong pemulihan ekonomi nasional di era Covid-19 ini,” ujar Gubernur BI, Perry.
Menurut Perry pemulihan ekonomi tergantung pada tiga faktor. Pertama keberhasilan penerapan New Normal yaitu produktif dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. “Itu akan secara perlahan meningkatkan aktivitas ekonomi dan dunia usaha,” ujarnya.
Kedua, pemulihan ekonomi juga tergantung pada seberapa cepat stimulus fiskal yang diberikan pemerintah diabsorsi kepada masyarakat. Dan ketiga, bagaimana stimulus-stimulus itu bisa kemudian terus mendorong ke sektor riil.
Leave a reply
