Sektor Keuangan Syariah Secara Global Alami Perlambatan Sejak 2019

Secara global pertumbuhan ekonomi syariah sesungguhnya mengalami perlambatan sejak 2019. Karena itu, tidak terlalu mengherankan jika itu kembali terjadi pada 2020. Karena pandemi sejak tahun lalu, maka semua sektor termasuk ekonomi syariah ikut beradaptasi dengan cara-cara baru.

“Sebuah laporan menyebutkan total aset keuangan syariah secara global sekitar US$2,8 triliun pada akhir 2020. Jumlah ini diperkirakan sama dengan tahun 2019, jadi belum ada pertumbuhan di sektor tersebut,” kata peneliti ekonomi syariah University of Oxford Afifi Al-Akiti dalam sebuah diskusi virtual, Kamis (27/5).

Kendati demikian, kata Afifi, sektor keuangan syariah cukup tangguh dalam menghadapi krisis bahkan ketika krisis keuangan terjadi pada 2008. Ketangguhan keuangan syariah itu merupakan cerminan dari sisi produktifnya yang menawarkan keseimbangan dalam menyalurkan dana.

Pesan dari ketangguhan tersebut, kata Afifi, tidak sekadar untuk kalangan Muslim melainkan untuk pasar yang lebih luas yaitu kemakmuran dan kesejahteraan untuk ekonomi global. Sektor keuangan syariah diperkirakan akan bangkit dan menjadi lebih kuat di masa pandemi ini. Itu sebabnya, total aset gabungan ekonomi syariah diperkirakan mencapai US$ 3,7 triliun pada 2024.

Sementara itu, kata Afifi, persentase pelanggan produk keuangan syariah mengalami penurunan pertama kalinya sejak 2015. Penetrasi pasar produk keuangan syariah pada 2015 hanya mencapai 47%. Namun, angka ini terus meningkat dan stabil menjadi 60% hingga 2019.

“Tapi tahun lalu lalu turun sedikit menjadi 58%. Ini menarik karena menjadi tantangan khusus turun sedikit menjadi 58 persen tahun lalu pada tahun 2020. Itu menarik. Bank syariah pada umumnya lebih mengincar pasar pembiayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan nasabah retail,” kata Aififi.