Rusia Berencana Minjam Dalam Bentuk Yuan Tahun Depan

Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov mengatakan, pihaknya tidak akan mengambil pinjaman luar negeri dalam bentuk dolar AS untuk periode akhir tahun ini dan sepanjang 2020. Rusia, demikian Siluanov, akan beralih ke mata uang yuan atau euro.

Dikatakan Siluanov seperti dikutip RT.com pada Jumat (13/9), pihaknya tidak akan meminjam lagi pada tahun ini untuk membiayai proyek dalam negeri. Pasalnya, pembiayaan untuk proyek dalam negeri telah terpenuhi, bahkan dananya berlebihan.

Sedangkan untuk tahun depan, kata Siluanov, pinjaman luar negeri Rusia tidak hanya dalam bentuk euro tapi juga dalam bentuk yuan Tiongkok. Untuk Maret lalu, Kementerian Keuangan Rusia telah mengeluarkan surat utang dalam bentuk euro senilai € 2,7 miliar atau setara US$ 3 miliar dengan jatuh tempo 2035.

Setelah itu, dalam waktu yang tidak lama, Rusia kembali menerbitkan surat utang dalam bentuk euro senilai € 750 juta atau setara US$ 830 juta dengan jatuh tempo tahun 2025.

Berjarak 3 bulan, pemerintah Rusia kembali menerbitkan tambahan surat utang berbentuk euro senilai € 1,37 miliar atau setara US$ 1,5 miliar dengan jatuh tempo 2029. Juga menerbitkan senilai € 900 ribu atau setara US$ 1 miliar dengan jatuh tempo 2035.

Sebelumnya, Rusia dan Tiongkok mendiskusikan soal mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Diskusi ini muncul setelah Rusia ingin menerbitkan surat utang pertama kali dalam bentuk yuan Tiongkok. Langkah ini disebut sebagai salah satu solusi untuk mengkerek pertumbuhan ekonomi di kedua negara karena terdampak perang dagang dengan AS.

Karena cadangan emas dan mata uang asing terus tumbuh, rasio utang terhadap PDB Rusia menjadi negatif bulan lalu. Ini merupakan kali pertama terjadi sejak 2014. Jumlah utang Rusia per 1 Agustus 2019 mencapai 16,2 triliun rubel atau setara US$ 247,3 miliar.