
Rugi Bersih Rp132,8 Miliar, Ini Penjelasan Direktur Utama Bank Neo Commerce

Ilustrasi Bank Neo Commerce
PT Bank Neo Commerce Tbk atau BNC mengalami rugi bersih sebesar Rp132,85 miliar pada semester pertama 2021 ini. Padahal pada periode yang sama tahun lalu, bank yang dulu bernama Bank Yudha Bhakti ini masih membukukan laba bersih sebesar Rp19,32 miliar.
Direktur Utama Bank Neo Commerce Tjandra Gunawan mengatakan rugi bersih terjadi karena meningkatnya biaya operasional untuk customer acquisition, promosi dan edukasi, serta investasi di teknologi yang berkesinambungan.
“Kami menyadari tentang kerugian yang dialami, namun perlu diingat bahwa kerugian ini bukan tanpa sebab, tetapi kembali bahwa BNC sedang dalam proses transformasi dari konvensional ke digital. Sehingga, hampir seluruh modal perusahaan digunakan untuk belanja modal dan investasi terutama untuk teknologi dan promosi,” jelas Tjandra dalam public expose insidentil, Senin (6/9).
Tjandra menambahkan investasi dan proses transformasi ini sudah berjalan sepanjang 2021 ini, bahkan sejak akhir tahun 2020. Fokus tahun ini adalah melakukan inovasi pengembangan produk dan layanan perbankan digital yang memberikan manfaat bagi nasabah BNC. Ada pun, produk dan layanan digital yang sedang dan akan dikembangkan adalah QRIS, Payment Point Online Banking (PPOB), Lifestyle services, Chat-based interaction, Phone transfer, Direct Loan, dan Direct Debit.
“Kami percaya dengan investasi yang telah kami lakukan, kami akan mengarungi semester kedua dengan optimisme yang tinggi. Hal ini didasari dengan adanya fenomena antusiasme masyarakat yang semakin tinggi karena adanya digital bank,” ujarnya.
Aplikasi mobile bank BNC yaitu neo+ saat ini sudah diunduh sebanyak 6 juta kali. Mulai September ini, BNC juga sudah mendapat izin dari OJK untuk melakukan aktivitas perbankan pembukaan rekening secara online atau Customers Online Onboarding melalui aplkasi neo+.
“Target yang ingin kami capai adalah menjadi bank digital terdepan di Indonesia yang dipilih oleh masyarakat dengan menjadi top five bank digital secara top of mind. Salah satu caranya melalui sinergi ekosistem yang kuat, dalam hal ini BNC bekerja sama dengan PT Akulaku Silvrr Indonesia,” ujarnya.
Ada pun Akulaku adalah pemegang saham non publik terbesar BNC yaitu sebesar 24,98%.
Meski pada semester pertama bank dengan kode saham BBYB ini membukukan rugi bersih, tetapi sejumlah indkator keuangan lainnya menunjukkan kinerja yang positif. Ekuitas meningkat 27% dari Rp972 miliar Juni 2020, menjadi Rp 1,2 triliun Juni 2021.
Kemudian, pendapatan bunga bersih meningkat 42% dari Rp96 miliar pada Juni 2020 menjadi Rp 136 miliar pada Juni 2021. Dana pihak ketiga (DPK) meningkat dari Rp2,9 triliun menjadi Rp5,1 triliun pada semester pertama 2021. Sedangkan jumlah kredit meningkat dari Rp2,9 triliun menjadi Rp3,8 triliun.
Leave a reply
