Resmikan Hot Strip Mill 2, Presiden Memuji Krakatau Steel

Presiden Joko Widodo memuji Krakatau Steel yang hari ini meresmikan Hot Strip Mill 2. Tak hanya itu, Presiden juga memuji keberhasilan transformasi yang dilakukan Krakatau Steel yang telah memulihkan kesehatan perusahaan.

“Hari ini kita akan saksikan Peresmian Hot Strip Mill #2 dari PT Krakatau Steel yang menggunakan teknologi moderen dan terbaru di industri baja, dan hanya ada dua di dunia, pertama di Amerika Serikat dan yang kedua di Indonesia, yaitu di Krakatau Steel. Tadi saya sudah melihat ke dalam proses produksinya dan betul-betul memang teknologi tinggi,” kata Presiden saat meresmikan Hot Strip Mill 2.

Ia juga mengatakan pabrik ini memiliki kapasitas produksi hot rolled coil (HRC) sebesar 1,5 juta ton per tahun. Pabrik tersebutm, menurut Presiden, pabrik pertama di Indonesia yang mampu menghasilkan HRC kualitas premium.

Produksinya akan terus ditingkatkan sehingga nanti mencapai 4 juta ton per tahun. Ia pun mengatakan dengan beroperasinya pabrik ini akan dapat memenuhi kebutuhan baja dalam negeri. “Jadi enggak ada lagi impor-impor yang kita lakukan. Ini yang kita harapkan. Sehingga, sekali lagi, akan menekan angka impor baja negara kita, yang saat ini berada pada peringkat kedua komoditas impor Indonesia. Sehingga kita harapkan nanti bisa menghemat devisa Rp29 triliun per tahun. Ini angka yang sangat besar sekali,” kata Presiden.

Presiden menyebut konsumsi baja Indonesia sangat besar. Menurutnya, kalau tahu konsumsi baja sangat besar, jangan dibiarkan dimasuki produk-produk dari luar. Presiden memaparkan bahwa selama 5 tahun terakhir kebutuhan baja Indonesia meningkat hingga 40%.

Presiden menilai industri ini sangat strategis. Oleh sebab itu, ia memberikan perhatian besar pada industri baja ini. Produk yang dihasilkan sangat dibutuhkan dan dimanfaatkan oleh industri-industri lain. Artinya, nanti akan mengurangi semakin banyak impor Indonesia dari negara-negara lain. Ini pula jadi salah satu pilar penting untuk penting untuk memacu pertumbuhan ekonomi Indonesia.