
PT Artajasa: Digitalisasi Perbankan Motor Penggerak Industri Lainnya

Direktur Utama PT Artajasa M. Ma'ruf/Iconomics
PT Artajasa Pembayaran Elektronis menilai industri perbankan dapat menjadi penggerak bagi industri lain yang ada di Indonesia. Salah satunya terkait dengan digitalisasi perbankan yang menjadi motor bagi industri lainnya.
“Jadi kalau yang lain belum digital, yang duluan digital itu di perbankan. Jadi perbankan akrab dengan digitalisasi. Tinggal bagaimana perbankan ini bisa memaksimalkan digitalisasi ini untuk tumbuh dan berkembang,” kata Direktur Utama PT Artajasa M. Ma’ruf di seminar The Iconomics, Jumat (9/9).
Ma’ruf mengatakan, melihat demografi penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 275 juta orang, 179 juta di antaranya merupakan usia produktif. Namun demikian, Indonesia masih menghadapi tantangan terbuka untuk meningkatkan penggunaan digital perbankan.
Melihat peta jalan sistem pembayaran di Bank Indonesia (BI), kata Ma’ruf, terdapat sekitar 91 juta penduduk unbanked, dan sebanyak 62 juta pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) akan masuk ke dalam ekonomi keuangan formal dalam 5 tahun ke depan. Sesuai dengan hasil riset berbagai lembaga, pasar digital Indonesia merupakan terbesar di Asean saat ini.
Nilai pasar digital Indonesia, kata Ma’ruf, sekitar US$ 770 miliar atau senilai Rp 1.000 triliun. Jumlah ini diproyeksikan tumbuh 2 kali lipat hingga dengan US$ 14 miliar pada 2025.
Sementara itu, dari sisi lanskap digital perbankan, kata Ma’ruf, dari tahun ke tahun digital perbankan mengalami kenaikan, buktinya kondisi bank umum mulai mengalami penurunan jumlah. Data menunjukkan, bank umum pada 2018 sebanyak 155, sedangkan pada 2022 menjadi 107 bank umum.
Selanjutnya, kata Ma’ruf, kantor cabang fisik juga mengalami hal yang sama. Data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), misalnya, menunjukkan pada 2015 jumlah kantor cabang fisik terdapat 32 ribu kantor cabang perbankan, kemudian mengalami penurunan menjadi 29 ribu pada 2021.
“Jadi memang ada perubahan perilaku para nasabah perbankan,” ujar Ma’ruf.
Hasil riset dari Artajasa, kata Ma’ruf, jumlah statistik penggunaan Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) di Indonesia mengalami peningkatan dari sisi transaksi sejak pertama kali diluncurkan yang hanya sekitar 1 juta. Sementara pada Juni 2022 menjadi 80 juta transaksi per bulan sehingga dinilai menunjukkan suatu perubahan perilaku yang ada di Indonesia.
“Apakah kita hanya mau menjadi penonton dengan pasar yang besar seperti itu? Atau kita ingin memaksimalkan kemampuan kita untuk ikut bersaing memperebutkan atau mengambil peluang-peluang yang ada,” tutur Ma’ruf.
Leave a reply
