
Perlunya Digitalisasi untuk Industri Makanan dan Minuman

Tangkapan layar YouTube, Retail and Consumer Strategist Yongky Susilo/Iconomics
Industri retail makanan dan minuman disebut perlu mendigitalisasi produknya. Pasalnya, industri retail dinilai belum memberi kemudahan terhadap konsumennya sehingga terkadang ditinggal karena layanannya tidak efektif dan efisien.
“Ini bukan e-commerce, tapi mendigitalisasi produknya. Semisal, pembayaran yang membuat para konsumen harus antre. Semestinya dengan digitalisasi pembayaran, konsumen menjadi lebih mudah dan efektif,” kata Retail and Consumer Strategist Yongky Susilo dalam sebuah diskusi virtual Asensi Talk, Sabtu (27/2).
Menurut Yongky, digitalisasi produk bisa menjadi solusi bagi industri retail dalam menangkap perubahan cara belanja konsumen. Dengan demikian, konsumen tidak perlu lagi mengantre ketika berbelanja karena dengan digitalisasi, konsumen hanya akan tinggal ambil barang saja nantinya.
Sementara itu, kata Yongky, kondisi seperti itu tidak terjadi di restoran. Umumnya restoran kini sudah mampu melayani konsumen tanpa membuat konsumen merasa “dihukum”. Dalam hal memesan produk, misalnya, konsumen tidak perlu lagi mengantre untuk membelinya.
Dalam hal pembayaran pun, kata Yongky, pihak restoran pun melayani konsumen dengan membuatnya tidak perlu mengantre. Karena itu, 3 hal dalam omnichannel terjadi di restoran.
“Jika kita punya database (konsumen), restoran juga bisa memberi pancingan terhadap konsumen untuk datang ke restoran. Jangan menawarkan tanpa database sehingga produk yang tidak disukai konsumen ikut di sana. Kalau saya biasanya langsung hapus pesan begitu,” kata Yongky.
Leave a reply
