Pengelola dan Penyewa Mal di DKI Berharap Usaha Mereka Bergeliat Lagi di Masa PSBB Transisi

0
112
Reporter: Yehezkiel Sitinjak

Ilustrasi Mal Ciputra Jakarta/Ist

Asosiasi Pengusaha Pusat Belanja Indonesia (APPBI) berharap pelonggaran Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta dapat menggerakkan usaha di pusat perbelanjaan. Penerapan PSBB transisi dalam waktu dekat ini dinilai akan memulihkan usaha-usaha di pusat perbelanjaan yang terpuruk sebulan terakhir.

“Dengan mulai bergeraknya kembali usaha, maka diharapkan juga dapat menghindari gelombang pemecatan(PHK)  yang sudah mulai terindikasi akan terjadi kembali sebulan yang lalu,” kata Wakil Ketua Umum APPBI Alfonsus Widjaja saat dihubungi wartawan The Iconomics, Senin (12/10).

Seperti diketahui, pemerintah Provinsi DKI Jakarta akan melonggarkan PSBB sehingga restoran dan kafe kembali diizinkan untuk melayani makan di tempat (dine-in). Dengan mengizinkan restoran dan kafe melayani makan di tempat, kata Alfonsus, tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan diharapkan akan meningkat setelah sebelumnya sempat anjlok hingga 10%.

“Saat ini restoran dan kafe adalah merupakan salah satu destinasi utama di pusat perbelanjaan sehingga keberadaan restoran dan kafe akan cukup mempengaruhi tingkat kunjungan ke pusat perbelanjaan,” kata Alfonsus.

Baca Juga :   Pengunduran Diri M. Kuncoro Wibowo Diterima, Pemegang Saham Transjakarta Tunjuk Mohamad Indrayana Jadi Pelaksana Tugas Dirut

Alfonsus memperkirakan tingkat kunjungan di pusat belanja hanya akan mencapai hingga 40% di masa PSBB transisi nanti. Pasalnya, pemulihan usaha secara penuh hanya akan terjadi ketika vaksinasi telah dilaksanakan dengan berhasil.

“Sementara hal tersebut belum terjadi maka hampir dapat dipastikan bahwa pusat perbelanjaan masih akan mengalami berbagai kesulitan. Karena itu, pusat perbelanjaan masih terus meminta relaksasi dan bantuan ataupun subsidi kepada pemerintah,” tutur Alfonsus.

Alfonsus mencatat 2 permasalahan besar bagi pusat belanja yang menyebabkan tingkat kunjungan turun secara drastis. Pertama, kehati-hatian masyarakat atas penyebaran wabah Covid-19. Kedua, daya beli masyarakat yang telah merosot tajam di masa wabah Covid-19.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, kata Alfonsus, pusat belanja berkomitmen untuk melaksanakan protokol kesehatan secara ketat, disiplin dan konsisten agar masyarakat dapat berbelanja dengan aman dan sehat.

Selain itu, pusat belanja juga akan mensiasati agar produk dapat dijual dalam kemasan yang lebih kecil dan penggunaan bahan baku alternatif yang lebih murah. Dengan demikian, produk yang dijual lebih murah dan terjangkau oleh masyarakat yang daya belinya sedang merosot.

Baca Juga :   Ini Cara Unilever Indonesia Atasi Tantangan Tingkat Interaksi Karyawan di Masa Pandemi

Seperti Alfonsus, Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo), Budihardjo Iduansjah mengatakan, sosialisasi dan penerapan protokol kesehatan harus diutamakan kepada konsumen agar mereka dapat kembali mengunjungi mal dengan aman.

“Sosialisasikan terus berbelanja dengan aman karena protokol kesehatan selalu diutamakan. Agar konsumen offline dapat ke mal dengan aman dan berbelanja dengan harga murah,” kata Budiharjo.

Budiharjo menambahkan, sosialisasi ini juga penting dilakukan karena animo masyarakat untuk kembali berbelanja di mal harus dibangun lagi dari awal karena pengetatan PSBB pada pertengahan September lalu.

“Kemarin bila tidak ada PSBB yang rem darurat, harusnya sudah mulai naik ke 50%. Saat ini musti berusaha lagi dari awal,” kata Budiharjo.

 

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics