
Pendapatan Turun, Laba Bersih Adhi Karya Tetap Naik

Ilustrasi logo Adhi Karya/pasardana
Kenaikan tersebut disebabkan oleh meningkatnya utang bank dan lembaga keuangan lainnya jangka pendek sebesar 38,1%, dari Rp 3,7 triliun di tahun 2018 menjadi Rp 5,1 triliun di tahun 2019. Selain itu, ada penerbitan obligasi berkelanjutan II tahap II tahun 2019 sebesar Rp 1 triliun.
“Kenaikan pinjaman digunakan untuk kebutuhan modal kerja proyek‐proyek jasa konstruksi termasuk LRT Jabodebek, proyek pre‐financing jalan tol Aceh‐Sigli, proyek EPC dan lainnya,” tulis manajemen ADHI dalam penjelasan atas laporan keuangan, yang dikutip Iconomics, Senin (13/4).
Target 2020
Sebelumnya, dalam wawancara dengan Iconomics, Parwanto Noegroho, Sekretaris Perusahaan ADHI mengatakan meski ada pandemi Covid-19, perseroan belum merevisi target perolehan kontrak baru pada tahun ini yaitu tetap Rp 35 triliun. “Kami belum merevisi target,” ujarnya, Kamis (9/4).
Hingga Maret lalu, perolehan kontrak proyek baru sudah sebesar Rp 2,5 triliun. Salah satu proyek besar yang diperoleh kontraknya oleh ADHI adalah pembangunan MRT Fase 2. Proyek tersebut sebenarnya memiliki nilai kontrak Rp 4,04 triliun. Tetapi dikerjakan bersama oleh ADHI dan Shimizu Corporation, dimana porsi ADHI sebesar 35%. Dus, dari proyek ini ADHI mendapatkan nilai kontrak sebesar Rp 1,4 triliun.
Parwanto mengatakan di tengah pandemi Covid-19 ini, perseroran tetap mengikuti proses tender yang dilakukan melalu e-procurement. Karena itu, menurutnya wabah tersebut kemungkinan besar tidak berpengaruh pada perolehan kontrak baru.
“Kecuali proses kontraknya mundur. Karena negosiasi kontrak terkadang harus ketemu muka dan sebagainya,” jelasnya.
Halaman BerikutnyaLeave a reply
