
Pendapatan Naik 16,34%, Garuda Indonesia Masih Bukukan Rugi Bersih pada 2024

Ilustrasi Garuda Indonesia/Dok. Garuda Indonesia
PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (Garuda Indonesia) membukukan pertumbuhan pendapatan sepanjang 2024. Meski demikian, perusahaan penerbangan milik negara ini masih membukukan rugi bersih.
Tahun lalu, Garuda Indonesia membukukan pendapatan usaha secara konsolidasi sebesar US$3,42 miliar, tumbuh tumbuh 16,34% dari tahun sebelumnya US$2,94 miliar.
Pertumbuhan tersebut dikontribusikan secara merata pada seluruh lini usaha. Penerbangan berjadwal mencatakan peningkatan pendapatan sebesar 15,32% menjadi US$2,74 miliar dari tahun sebelumnya sebesar US$2,38 miliar.
Kenaikan pada pendapatan penerbangan berjadwal ditopang oleh peningkatan pendapatan angkutan penumpang sebesar US$2,57 miliar (+13,95%) serta angkutan kargo dan dokumen senilai US$164,70 juta (+3,07%).
Sementara itu, pendapatan penerbangan tidak berjadwal mencapai US$333,75 juta atau naik 15,87% dari tahun 2023. Pertumbuhan tersebut salah satunya dikontribusikan oleh angkutan charter yang mencatatkan lonjakan hingga 101,06% menjadi US$106,27 juta, dari tahun sebelumnya sebesar US$52,86 juta.
Pendapatan lainnya turut tumbuh signifikan sebesar 25,79% menjadi US$340,37 juta dibandingkan pada tahun sebelumnya yang ditunjang oleh kinerja anak usaha Garuda Indonesia, di antaranya GMF AeroAsia yang menyumbang pendapatan pemeliharaan dan perbaikan pesawat sebesar US$102,71 juta, dengan peningkatan 18,54% YoY; serta Aerowisata yang berhasil mencatatkan pendapatan biro perjalanan sebesar US$40,96 juta, atau meningkat signifikan sebesar 37,12%.
Meskipun terdapat peningkatan signifikan pada kinerja operasional, pada 2024 Garuda Indonesia masih mencatatkan kerugian bersih sebesar US$69,78 juta.
Kerugian tersebut dipengaruhi oleh sejumlah faktor, antara lain beban usaha yang mengalami kenaikan sebesar 18,32%, yang salah satunya disebabkan oleh peningkatan beban pemeliharaan dan perbaikan pesawat karena pada 2024 terdapat beberapa pesawat yang memasuki jadwal perawatan besar (overhaul).
Selain itu pada 2024, pendapatan lain-lain─bersih mengalami penurunan drastis hingga 77,39%, karena pada 2023 Garuda Indonesia mencatatkan sejumlah extra-ordinary item di antaranya gain from bonds retirement dan pendapatan restrukturisasi Anak Perusahaan. Pada 2024, transaksi serupa tidak terjadi.
Selain itu, kerugian juga terjadi karena pencatatan pembalikan impairment asset pada 2024 mencatatkan jumlah yang jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya.
Sepanjang tahun 2024, Garuda Indonesia secara grup berhasil mengangkut 23,67 juta penumpang atau naik 18,54% dibandingkan sepanjang tahun 2023 yang mengangkut 19,97 juta penumpang. Jumlah ini terdiri dari 11,39 juta penumpang Garuda Indonesia (mainbrand) serta 12,28 juta penumpang Citilink.
Kenaikan jumlah penumpang Garuda Indonesia Group selaras dengan peningkatan frekuensi penerbangan sebesar 12,21% (YoY) dari tahun sebelumnya yang sebanyak 145,500 penerbangan menjadi 163,271 penerbangan.
Seiring dengan penguatan fundamen kinerja operasional tersebut, Garuda Indonesia optimis pertumbuhan alat produksi menjadi key driver penting dalam mendorong akselerasi kinerja Perusahaan.
Untuk itu, Garuda Indonesia memproyeksikan sampai dengan akhir 2025 memiliki kekuatan alat produksi hingga mencapai 100 armada. Optimalisasi alat produksi tersebut akan dilakukan secara bertahap dengan memperhatikan aspek Good Corporate Governance (GCG), perkembangan demand pasar, kinerja Perusahaan, serta kondisi supply chain serta berbagai faktor lainnya.
“Kinerja Garuda Indonesia di sepanjang tahun 2024 merefleksikan dinamika industri transportasi udara secara global yang masih menantang. Kondisi makro ekonomi mulai dari isu rantai pasokan (supply chain), dampak fluktuasi selisih kurs, pengaruh geopolitik dan kompetisi yang semakin ketat di industri transportasi udara merupakan beberapa tantangan yang dihadapi oleh maskapai penerbangan di seluruh dunia dalam mempertahankan kinerja keuangan positif,” jelas Direktur Utama Garuda Indonesia Wamildan Tsani Panjaitan, melalui keterangan pers.
Sejak akhir 2024 hingga Kuartal I – 2025, Garuda Indonesia telah mendatangkan dua pesawat berjenis narrow body tipe Boeing 737-800NG (PK-GUF dan PK-GUG).
Mulai Kuartal II – 2025, Garuda Indonesia mengoperasikan dua pesawat tambahan Boeing 737-800NG yaitu PK-GUH (MSN-44218) dan PK-GUI (MSN-44217) yang saat ini tengah menjalani proses perawatan sebelum beroperasi resmi di jaringan rute domestik maupun rute internasional Garuda Indonesia.
“Dengan fokus optimalisasi pertumbuhan alat produksi secara berkelanjutan yang didukung penuh oleh Pemerintah, serta diselaraskan dengan potensi pertumbuhan trafik penumpang pesawat secara global yang diproyeksikan mencapai 9,9 miliar penumpang, kami optimis kinerja Garuda Indonesia dapat tumbuh secara berkelanjutan di tahun 2025,” tutup Wamildan.
Leave a reply
