Pemkab Cilacap Minta Dukungan Unilever dan SBI untuk Realisasikan Ambisi Produksi 200 Ton Produk RDF per Hari

0
454
Reporter: Arif Hatta

Sampah menjadi momok yang menyeramkan. Penambahan sampah akan terjadi seiring dengan pertumbuhan penduduk. Penyelesaian sampah mau tidak mau harus melibatkan multistakeholder, termasuk mendorong perusahaan-perusahaan agar terlibat lebih dalam menyelesaikan sampah yang dihasilkan dari produk-produk yang diproduksi dan dikonsumsi masyarakat.

Kolaborasi antara Pemerintah Kabupaten Cilacap dengan PT Solusi Bangun Indonesia beserta PT Unilever Indonesia Tbk di Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) Jeruklegi menjadi salah satu jawaban konkret untuk mengurai masalah sampah di wilayah Cilacap.

Sampah bukan lagi menjadi tumpukan barang yang tidak berguna. Justru sampah yang diolah dengan baik akan memberikan nilai tambah dan manfaat.

Sekilas pandangan mata, kawasan ini relatif rapi dan teratur dibandingkan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) pada umumnya. Meski masih tampak sisa-sisa sampah di masa lampau, sebelum TPST Jeruklegi berubah wajah menjadi TPST dengan fasilitas Refused Derrived Fuel (RDF), di pinggir-pinggir sepanjang jalan memasuki area pengolahan sampah ini.

Para pekerja hijau, sebutan pemulung di TPST RDF Jeruklegi sedang memilah sampah/Dok. Unilever

Pagi itu (27/09/2023), tampak belasan pemulung yang sedang memungut sampah sebelum sampah-sampah tersebut diproses melalui teknologi Refuse-Derived Fuel (RDF). Teknologi RDF adalah upaya pengelolaan sampah berkelanjutan yang mampu mengubah sampah menjadi energi alternatif terbarukan, dan dapat mengurangi emisi karbon dioksida. Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Cilacap, Sri Murniyati mengatakan para pekerja hijau tersebut (sebutan pemulung di TPST RDF Jeruklegi) diberikan waktu sekitar 2 jam untuk memilah-milah sampah sebelum sampah tersebut diproses lebih lanjut.

Baca Juga :   Jelang Hari Jadi ke-90, Unilever Indonesia Resmikan Instalasi Panel Surya Terbesar di Kawasan Industri Jababeka

Murni menyebut ada serangkaian tahapan untuk mengolah sampah-sampah tersebut menjadi RDF. “Jadi prosesnya sampah segar dipilah, dicacah, dikeringkan, diayak, menjadi RDF dan dikirim ke offtaker,” kata Murni menerangkan prosesnya.

General Manager Solusi Bangun Indonesia (SBI) Cilacap Plant, Edi Sarwono; Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Cilacap, Sri Murniyati; dan Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi/Dok. Unilever

Murni menjelaskan TPST RDF Jeruklegi yang diresmikan oleh Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan pada Juni 2020 lalu ini mampu menjawab permasalahan sampah, khususnya sampah plastik di Cilacap. Sebelumnya, Pemerintah Kabupaten Cilacap memperkirakan akan membutuhkan lahan yang lebih luas untuk menampung sampah. Kadis DLH Cilacap ini mengatakan setiap tahun pihaknya membutuhkan luasan lahan 1,1 hektar untuk penampungan sampah. Pasalnya, sampah yang dihasilkan di Kabupaten Cilacap, yang terdiri dari lebih dari 24 kecamatan ini estimasinya akan sebanyak 39.123 ton sampah plastik per tahun pada tahun 2022 dan 51.052 ton per tahun pada tahun 2015.

Baca Juga :   Unilever Indonesia Angkat 2 Direktur Baru

Namun, inisiatif RDF tersebut mengubah wajah sampah di Cilacap. Kolaborasi antara pemerintah dengan swasta, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten Cilacap dengan PT Solusi Bangun Indonesia dan PT Unilever Indonesia Tbk mengubah sampah menjadi barang berharga. Oleh karena itu, Pemkab Cilacap memiliki ambisi untuk terus meningkatkan produksi RDF.

Dalam memainkan perannya, masing-masing memastikan ekosistem ini dapat berjalan dengan baik. Pemkab sebagai pemerintah memastikan pengelolaan sampah berjalan dengan baik. Oleh karena itu, dukungan dari swasta maupun lembaga lainnya sangat dibutuhkan.

“Kita punya obsesi menghasilkan 200 ton (RDF) per hari,” kata Murni. Namun demikian, ia menceritakan kondisi peralatan dan kebutuhan untuk mencapai obsesinya tersebut. Oleh karena itu, dalam kesempatan kunjungan Unilever Indonesia ke TPST RDF Jeruklegi, Murni menyampaikan bahwa shredder (mesin pencacah) tidak bekerja maksimal di tahun keempat, sehingga pihaknya memerlukan dana untuk perbaikan-perbaikan mesin-mesing yang notabene important. Demikian ungkapnya.

Adapun Solusi Bangun Indonesia (SBI) yang memiliki peran sebagai operator mesin-mesin di PTSP tersebut dan juga offtaker menjadi elemen yang turut menyukseskan pengelolaan sampah di Cirebon. Menurut Murni, SBI membeli produk RDF seharga Rp300.000 per ton pada tahun pertama peresmian, pada tahun keempat SBI membeli sekitar Rp414.000 per ton. Produk RDF ini yang akan menjadi bahan bakar pengganti batubara untuk memproduksi semen SBI.

Baca Juga :   Unilever Indonesia Berinovasi Cetak Produk yang lebih Sehat

Head of Division Environment & Sustainability Unilever Indonesia Foundation, Maya Tamimi menyatakan bahwa Unilever memiliki komitmen untuk menyelesaikan persoalan sampah. Menurutnya, Unilever Indonesia berhasil mengumpulkan dan memproses 62.360 ton sampah plastic pada tahun 2022.

“Unilever sendiri memiliki komitmen ingin mengurangi virgin plastic, kita juga melakukan daur ulang kemasan,” kata Maya menceritakan langkah yang ditempuh Unilever Indonesia.

Kolaborasi yang dilakukan dengan Pemkab Cilacap dan PT SBI ini hanya salah satu yang dilakukan oleh Unilever Indonesia. Maya juga membuka diri untuk berkolarasi dengan berbagai pihak untuk bersama-sama menyelesaikan masalah sampah.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics