OJK Mencermati Dinamika Ekonomi Global dan Dampaknya ke Jasa Keuangan

0
512

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencermati dinamika ekonomi global dan perkembangan geopolitik yang penuh ketidakpastian. OJK menyampaikan indikator perekonomian dan kinerja sektor jasa keuangan Indonesia dalam kerangka stabilitas sistem keuangan masih terjaga dengan baik.

Menurut OJK, sampai dengan data Mei 2022 kinerja intermediasi lembaga jasa keuangan terus meningkat untuk terus berkontribusi terhadap berlanjutnya pemulihan ekonomi nasional di tengah meningkatnya vulnerability ekonomi global.

Rapat Dewan Komisioner Bulanan (RDKB) OJK pada 29 Juni 2022 menyebutkan fungsi intermediasi perbankan pada Mei 2022 tercatat meningkat, dengan kredit tumbuh   9,03% yoy didorong peningkatan pada kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dan ritel.

Mayoritas sektor utama kredit mencatatkan kenaikan dengan kenaikan terbesar pada sektor manufaktur sebesar 12,4% mtm dan sektor perdagangan 12,1% mtm. Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Mei 2022 mencatatkan pertumbuhan 9,93% yoy, didorong oleh kenaikan giro.

Di sektor Industri Keuangan Non Bank (IKNB), OJK menyampaikan penghimpunan premi sektor asuransi meningkat dengan penghimpunan premi asuransi jiwa bertambah Rp9,4 triliun, serta asuransi umum bertambah Rp13,1 triliun.

Baca Juga :   Dongkrak Literasi dan Inklusi Keuangan Pelajar, OJK Berkolaborasi Lewat KEJAR

Adapun fintech peer to peer (P2P) lending mencatatkan pertumbuhan outstanding pembiayaan tumbuh 84,7% yoy pada Mei 2022, meningkat Rp1,49 triliun, dengan pembiayaan hingga Mei 2022 menjadi Rp40 triliun. Sementara itu, piutang pembiayaan tercatat tumbuh 4,5% yoy pada Mei 2022 Rp379 triliun.

RDKB juga mencatat perekonomian global masih menghadapi tingkat inflasi yang persisten tinggi karena tekanan global supply chain akibat konflik Rusia-Ukraina dan lockdown di Tiongkok.

Tingginya inflasi global tersebut telah mendorong bank sentral utama dunia untuk melakukan normalisasi kebijakan moneter yang lebih agresif sehingga pasar keuangan global kembali bergejolak. Dengan latar belakang tersebut, pertumbuhan perekonomian global 2022 diperkirakan akan melambat daripada yang diperkirakan sebelumnya.

Kendati demikian, indikator perekonomian domestik masih menunjukkan perbaikan yang terus berlanjut meski laju perbaikannya mulai terpengaruh perkembangan perekonomian global. Demikian OJK memaparkan.

Inflasi di bulan Mei 2022 masih terjaga dalam rentang target Bank Indonesia namun terus berada dalam tren meningkat seiring kenaikan harga pangan dan transportasi. PMI Manufaktur juga masih berada dalam zona ekspansi meski dalam tren menurun dalam sembilan bulan terakhir akibat kenaikan harga bahan baku.

Baca Juga :   3 Perusahaan yang Dicabut Izin Usahanya Oleh OJK di Bulan Oktober

Sementara itu, sektor eksternal juga masih mencatatkan kinerja positif yang ditunjukkan dengan berlanjutnya surplus neraca perdagangan serta cadangan devisa yang terjaga, namun pertumbuhan impor mulai lebih tinggi dari pertumbuhan ekspor seiring kenaikan permintaan domestik.

OJK, dalam keterangan resminya, menyampaikan di tengah perkembangan tersebut, pasar saham Indonesia terpantau terkoreksi. Terkoreksinya pasar saham Indonesia seiring dengan capital outflow di mayoritas negara berkembang sebagai bentuk risk off investor merespons peningkatan suku bunga acuan The Fed 75 bps pada Juni 2022.

Hingga 24 Juni 2022, IHSG tercatat melemah 1,5% mtd ke level 7.043 dengan non residen mencatatkan outflow Rp3,59 triliun. Sementara di pasar SBN, non residen mencatatkan outflow Rp12,4 triliun sehingga mendorong rerata yield SBN naik 5,2 bps mtd pada seluruh tenor. Penghimpunan dana di pasar modal hingga 28 Juni 2022 tercatat Rp102,9 triliun, dengan emiten baru tercatat sebanyak 22 emiten.

Halaman Berikutnya
1 2

Leave a reply

Iconomics