Menko Perekonomian: Dampak Corona Pada Industri Terasa Mulai Maret

0
458
Reporter: Petrus Dabu

Wabah virus corono atau COVID-19 yang berpusat di Wuhan, China tidak hanya mengancam kesehata masyarkat, tetapi juga akan mengganggu perekonomian. Bagi Indonesia, wabah ini akan menganggu aktivitas industri manufaktur karena sebagian besar barang-barang yang diimpor dari China adalah barang modal dan bahan baku.

Sekretaris Menteri Koordinator bidang Perekonomian (Menko) Susiwijono Moegiarso mengatakan saat ini pemerintah terus memantau dari ke hari perkembangan wabah ini. Ia mengatakan walaupun hingga saat ini belum ada kasus positive Corona yang ditemukan di Indonesia, tetapi perkembangan kasus sangat mengkawatirkan karena peningkatan kasus baik yang terjangkit maupun yang meninggal tumbuh begitu cepat.

Pada 31 Januari lalu, jelasnya, jumlah yang terjangkit masih sebanyak 11.000-an. Tetapi hingga Senin (24/2) pagi, jumlahnya sudah mencapai 79.166 orang.

“Jadi kalau kita lihat pertumbuhannya eksponensial sekali. Pada saat Januari kita masih  lihat kita anggap ini masih  lebih berbahaya SARS di tahun 2002-2003. Tetapi begitu masuk ke minggu pertama Februari, ekponensial pertumbuhannya, berlipat-lipat dalam hitungan hari jumlah kasusnya, jumlah kematiannya dan kita belum tahu sampai kapan ini,” ujarnya dalam acara Forum IDX Chanel di Jakarta, Senin (24/2).

Bagaimana dampaknya ke ekonomi? Susiwijono mengatakan tahun 2002-2003, saat wabah SARS terjadi yang juga berpusat di China, size ekonomi China belum begitu besar. Dari sisi PDB, China masih berada di urutan ke-6 saat itu dengan PDB sekitar US$ 1,7 triliun. Sementara PDB Amerika Serikat pada saat yang sama mencapai US$ 11,5 triliun.

Baca Juga :   Gubernur BI Optimistis Pertumbuhan Ekonomi 2020 Capai 5,2%

Namun kondisi sekarang sudah berberda. China sudah menjadi raksasa baru yang sama dengan Amerika Serikat. Pada tahun 2019, PBD China sudah mencapai US$ 14,4 triliun.”Jadi sudah sangat luar biasa besar mempengaruhi ekonomi dunia,” ujarnya.

Wabah virus Corono diperkirakan akan membuat ekonomi China melambat sekitar 1% hingga 2%. Berdasarkan hitugan Bank Dunia, menurut Susiwijono setiap perlambatan ekonomi China sebesar 1%, akan mengakibatkan perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia antara 0,11-0,3%.

Dari sisi perdagangan, jelasnya, dulu saat wabah SARS terjadi, China masih menguasai 5,9% perdagangan global. “Sekarang sudah hampi 13% ekspor dunia itu dari Tiongkok. Betapa ini nanti logistik, semua lalu lintas barang akan berpengaruh karena 13% dari China,” ujarnya.

Susiwijono mengungkapkan pemerintah Indonesia terus menghitung dampak wabah COVID-19 ini pada lalu lintas orang, barang dan uang. Untuk lalu lintas orang, sejak 5 Februari pemerintah Indonesia sudah menghentikan penerbangan dari dan ke China. “Berarti wisaman dari China sudah nol,” ujarnya.

Untuk lalu lintas barang, menurutnya tidak akan langsung terdampak seperti halnya pada lalu lintas orang. Karena sejak mengeluarkan purchase order sampai delivery barang dan payment dibutuhkan waktu sekitar 2-3 bulan. Untuk diketahui, menurut Susiwijono 74% barang impor Indonesia adalah barang modal dan bahan baku yang sebagian besar dari China.

Baca Juga :   Ekonomi Indonesia Tumbuh 3,69% Sepanjang Tahun 2021

Bila puncak wabah COVID-19 ini dihitung dari 20-30 Januari, maka Susiwijono memperkirakan industri dalam negeri akan mulai merasakan dampaknya pada 20-30 Maret nanti. Saat itu, diperkirakan industri manufaktur dalam negeri akan mengalami kesulitan bahan baku.

“Kita belum tahu belum jelas sampai kapan ini selesai karena itu pemerintah sekarang terus memonitor, menyiapkan berbagai terbosan kebijakan,” ujarnya.

Beberapa terbosan kebijakan tersebut, menurtnya insentif fiskal, kemudian terkait lalu lintas orang juga akan ada insentif berupa penurunan harga tiket. Pemerintah juga akan menggeber belanja negara pada kuartal pertama sehingga ekonomi bisa tumbuh lebih kencang.

“Termasuk Dana Desa, BOS, semuanya, itu termasuk bagian dari strategi besar pemerintah, harus menyelesaikan masalah-masalah yang terkait dengan ekonomi global tadi,”ujarnya.

Senada, Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Roslan P. Roeslani mengatakan perlambatan ekonomi China sudah pasti akan berdampak kepada pertumbuhan ekonomi Indonesia. Sebab, China merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia selain Amerika Serikat. “Perlambatan di dua negara itu pasti akan punya dampak ke kita,” ujarnya dalam forum diskusi yang sama.

Roslan mengatakan bila eknomi China melambat 1%, dampak ke Indonesia sebesar 0,3%. Wabah Corona diperkirakan akan membuat ekonomi China turun 1% hingga 1,5% atau turun dari 6% menjadi 5% hingga 4,5%. “Kita bisa hitung dampaknya ke Indonesia bisa 0,3% sampai 0,5%,” ujarnya.

Baca Juga :   Ketua DK OJK: Perlu Dibuka Sumber Pertumbuhan Ekonomi Baru

Berdasarakan data BPS, China merupakan mitra dagang utama Indonesia.  Ekpsor non migas Indonesia ke China pada Januari 2020 mencapai US$ 2,1 miliar. Sementara pada impor non Migas dari China pada Januari lalu mencapai US$ 3,9 miliar.

Salah satu perusahaan yang khawatir dengan wabah virus Corona ini adalah Wika Industri Manufaktur, yang memproduksi motor listrik GESITS. Trihari Agus Riyanto, Direktur Keuangan PT Wika Industri Manufaktur mengatakan meski Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) motor GESITS sudah mencapai 42,6% tetapi sejumlah komponen pentingnya masih diimpor dari China seperti batrei lithium yang memang belum diproduksi di Indonesia.

“Secara material itu ada 5 komponen-lah yang masih kita impor dari China,” ujarnya kepada Iconomics.

Karena itu, menurutnya bila wabah virus Corona ini masih terus berlanjut, dikhawatirkan akan menganggu produksi GESITS yang tahun ini baru mulai tancap gas ke 60.000 unit. “Kami harapakan kasus seperti ini tidak berlama-lama sehingga target kita bisa tercapai,” ujar Tri.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics