Menko Airlangga: Neraca Perdagangan Mengalami Surplus Selama 13 Bulan Berturut-turut sejak Mei 2020

0
321

Pemerintah menilai pemulihan ekonomi Indonesia terus berlanjut seiring dengan tren penguatan ekspor dan impor. Ekspor Indonesia pada Mei 2021 mencapai US$16,60 miliar atau menguat signifikan sebesar 58,76% (yoy). Adapun impor Indonesia pada Mei 2021 juga meningkat sebesar 68,68% (yoy) atau mencatatkan nilai sebesar US$14,23 miliar.

“Neraca perdagangan terus melanjutkan surplus hingga bulan ini yakni sebesar US$2,36 miliar. Capaian ini membuat neraca perdagangan mengalami surplus selama 13 bulan berturut-turut sejak Mei 2020,” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam siaran pers tertulis.

Komoditas nonmigas menjadi kontributor utama dalam peningkatan performa ekspor bulan ini dengan pertumbuhan sebesar 58,30% (yoy). Lemak dan minyak hewan/nabati (HS 15) menjadi penyumbang terbesar pada ekspor nonmigas dengan porsi sebesar 15,9%. Ekspor migas mengalami pertumbuhan sebesar 66,99% (yoy). Penyumbang terbesar ekspor migas berasal dari komoditas gas dengan porsi sebesar 53,8%.

Ekspor Indonesia pada Mei 2021 yang tumbuh sebesar 58,76% (yoy) melebihi performa ekspor negara-negara Asia lainnya, seperti Korea Selatan yang tumbuh 45,6% (yoy), Taiwan sebesar 38,65%  (yoy), Vietnam sebesar 36,6% (yoy), dan China sebesar 27,6% (yoy).

Baca Juga :   Mengkaji Moratorium dan Apa Saja Kontribusi Sawit terhadap Perekonomian Nasional?

Peningkatan ekspor ini sejalan dengan meningkatnya harga beberapa komoditas andalan Indonesia. Harga Crude Palm Oil (CPO) dan batubara masing-masing meningkat sebesar 101,74% (YoY) dan 103,9% (YoY). Selain itu, pemulihan ekonomi di negara-negara mitra dagang utama Indonesia seperti Amerika Serikat dan Cina yang telah tumbuh positif di kuartal I tahun 2021 turut mendukung peningkatan permintaan atas ekspor Indonesia. Lebih lanjut, aktivitas manufaktur AS dan Cina yang semakin ekspansif di bulan Mei 2021 ikut mendongkrak kinerja ekspor Indonesia di bulan yang sama.

“Pulihnya permintaan global dan domestik yang diiringi dengan peningkatan aktivitas manufaktur mendorong peningkatan impor bahan baku dan barang modal,” kata Airlangga.

Impor bahan baku/penolong meningkat sebesar 79,11% (yoy). Peningkatan tersebut berpengaruh signfikan terhadap total impor karena memiliki porsi terbesar dibandingkan dengan impor golongan lain yakni sebesar 76,9% terhadap total impor. Di saat yang sama, impor barang modal juga tumbuh positif sebesar 35,28% (yoy) dengan porsi sebesar 13,2% terhadap total impor.

Leave a reply

Iconomics