
Menko Airlangga: Momentum Pemulihan Ekonomi akan Berlanjut di 2022

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto/Dok. Ekon
Pemerintah optimistis pertumbuhan ekonomi tahun 2022 berkisar 5%. Perbaikan ekonomi Indonesia telah terlihat dari pertumbuhan positif sejak kuartal II hingga kuartal IV tahun 2021, meskipun sedikit mengalami koreksi di kuartal III karena kemunculan varian Delta.
“Setelah terkendalinya varian Delta dan meningkatnya aktivitas ekonomi masyarakat, ekonomi Indonesia berhasil melanjutkan pertumbuhan positif di Triwulan IV-2021 sebesar 5,02% (yoy),” kata Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam siaran pers tertulis.
Menurut Airlangga, pertumbuhan ekonomi di kuartal IV-2021 telah meningkatkan keyakinan pasar terhadap pemulihan ekonomi Indonesia. Ia melihat hal itu tercermin dari penguatan IHSG yang telah melampaui indeks psikologis 6.800.
“Kami meyakini momentum pemulihan ekonomi akan terus berlanjut di 2022. Peningkatan Purchasing Manager’s Index (PMI) Manufaktur Indonesia ke level 53,7 di Januari 2022 juga menjadi sinyal positif terhadap prospek ekonomi Indonesia di tahun ini,” kata Menko Airlangga.
Namun demikian ada sejumlah tantangan dan peluang lainnya yang menjadi sorotan pemerintah. Menko Airlangga mengatakan ekonomi Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai risiko di tahun 2022, terutama dari penyebaran kasus Covid-19 varian Omicron. Ia menegaskan pemerintah telah mempersiapkan berbagai strategi dalam memitigasinya.
Prospek ke depan juga memperhatikan perkembangan harga komoditas, baik energi maupun non-energi. Peningkatan harga komoditas pertambangan di 2021 diharapkan masih berlanjut di 2022, sehingga akan mendorong produktivitas sektor pertambangan, yang berdampak bagus untuk daerah yang berbasis tambang.
“Oleh karena itu, strategi lainnya seperti program hilirisasi untuk meningkatkan nilai tambah dan percepatan transisi menuju ekonomi hijau, juga akan dilakukan guna memastikan ekonomi Indonesia siap pulih dari pandemi,” kata Menko Airlangga.
Hilirisasi produk-produk ekspor yang bernilai tambah tinggi, misalkan produk turunan nikel, masih menjadi prioritas. Proses hilirisasi ini ditopang juga oleh pembangunan pabrik smelter dan perusahaan baterai yang mendorong kolaborasi BUMN dengan investor domestik dan/atau internasional.
Leave a reply
