
Mandiri Utama Finance Dorong Penggunaan Kendaraan Listrik Lewat Fasilitas Pembiayaan

Tangkapan layar Direktur MUF Rully Setiawan/Iconomics
PT Mandiri Utama Finance (MUF) berupaya mendorong penggunaan kendaraan listrik (EV) di Indonesia lewat pemberian fasilitas pembiayaan bagi sektor kendaraan listrik. Karena itu, pemerintah melalui Kementerian BUMN pun meminta perusahaan untuk berperan aktif dalam meningkatkan porsi pembiayaan kendaraan listrik
“Kebutuhan masyarakat akan pembiayaan kendaraan terus berubah seiring dengan perkembangan pasar. Pemain industri pembiayaan perlu cepat beradaptasi dengan menyusun produk keuangan yang sesuai dan menarik,” kata Direktur MUF Rully Setiawan dalam acara Repnas National Conference di Auditorium Menara Bank Mega, Jakarta, Senin (14/10).
Kemudian, kata Rully, perusahaan pembiayaan juga diminta untuk berpartisipasi dalam mengedukasi sebagai hal utama untuk mendorong masyarakat agar beralih menggunakan kendaraan yang lebih ramah lingkungan. Tugas utama perusahaan pembiayaan termasuk anak usaha PT Bank Mandiri (Persero) Tbk itu di era transformasi kendaraan yakni meningkatkan ketersediaan pembiayaan bagi seluruh lapisan masyarakat.
Karena itu, kata Rully, perusahaan harus cermat dalam melihat permintaan masyarakat terhadap kendaraan listrik. “Perusahaan pembiayaan memastikan ketersediaan layanan pembiayaan untuk memenuhi kenaikan permintaan konsumen,” ujar Rully.
Di sisi lain, lanjut Rully, berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pembiayaan kendaraan listrik berkontribusi sebesar 5,53% atau senilai Rp 29,07 triliun dari total piutang pembiayaan. Meski meningkat, kontribusi EV perlu didorong agar semakin besar penggunaannya dari kendaraan konvensional.
“Masih kecil, tapi kami yakin ini akan bertumbuh pesat dari tahun ke tahun,” tambah Rully.
Walau demikian, kata Rully, perusahaan pembiayaan menghadapi beberapa tantangan untuk mempercepat transisi kendaraan konvensional ke listrik. Semisal, ketersediaan infrastruktur pengisian daya menjadi salah satu faktor yang diperhatikan masyarakat.
“Ini sebetulnya masyarakat mempertanyakan ini juga. Nilai jual kembali yang belum pasti, karena second market ini masih belum tercipta dengan baik,” kata Rully.
Menurut Rully, tantangan tersebut tidak serta merta menutup peluang bisnis yang terbuka lebar dalam industri kendaraan listrik. Dalam catatannya, rata-rata pembiayaan kendaraan listrik memiliki kinerja non-performing financing (NPF) yang lebih baik dari kendaraan konvensional.
Berangkat dari hal itu, kata Rully, pihaknya optimistis pembiayaan kendaraan listrik akan semakin meningkat seiring dengan bertambahnya kebutuhan pasar, dan perpindahan energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT).
“Ternyata ada hubungan positif lingkungan dan bisnis, dimana penyaluran pembiayaan terhadap EV meningkat, tetapi ternyata khusus untuk EV ini rasio kredit macetnya sangat rendah, mencapai 0,37%. Walaupun analisa kami berkesimpulan bahwa dari data yang ada karena yang beli EV itu baru kelas menengah ke atas, yang mungkin tingkat default-nya itu sangat kecil,” katanya.
Leave a reply
