Kinerja Industri Ekonomi Keuangan Digital Selama Semester I-2021 dan Proyeksinya Hingga Akhir Tahun

0
686

Transaksi Ekonomi dan Keuangan Digital terus tumbuh. Hingga semester pertama tahun ini, transaksi digital banking, e-commerce, uang elektronik dan QRIS tumbuh mencengangkan dan diperkirakan akan terus berlangsung hingga akhir tahun.

Pertumbuhan ini, menurut Bank Indonesia, sejalan dengan paling tidak tiga hal. Pertama, meningkatnya akseptasi dan preferensi masyarakat untuk berbelanja daring. Bahkan kelompok baby boomer yang tadinya tidak melakukan belanja secara online, sekarang terpaksa harus melakukan. Customer experience pun terbentuk dan lama kelaman terbentuk customer behaviour. “Saya yakini mereka tidak akan kembali lagi ke pola yang lama dan pola ini akan terus berlangsung,” ujar Fillianingsih Hendarta, Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebiajakan Sistem Pembayaran Bank Indonesia dalam webinar, Rabu (04/08/2021).

Kedua, adanya perluasan pembayaran digital. Berbagai inovasi yang diberikan, baik oleh bank maupun non bank untuk pembayaran digital turut mengakselerasi pertumbuhan ekonomi keuangan digital di Indonesia.

Ketiga, adanya akselerasi digital banking. “Kita melihat bahwa bukan hanya fintech yang bertransformasi, tetapi bank juga tidak mau kalah melakukan transformasi digital,” ujar Fillianingsih.

Kinerja semester pertama 2021

Fillianingsih mengungkapkan pada semester pertama 2021, transaksi digital banking di Indonesia mencapai Rp17.901 triliun atau meningkat 39% year on year (YoY). Kemudian, transaksi e-commerce mencapai Rp186 triliun atau meningkat sekitar 63% YoY.

Baca Juga :   ASDP Dirangkul Bank Indonesia untuk Distribusikan Rupiah

Pertumbuhan juga terjadi pada transaksi uang elektronik. Pada semester pertama 2021, transaksi uang elektronik mencapai Rp132 triliun atau mengalami pertumbuhan sebesar 41% YoY.

Kemudian transaksi melalui QRIS pada semester pertama 2021 mencapai Rp9 triliun, tumbuh sebesar 214% YoY, dengan jumlah merchant mencapai 8,2 juta yang sebagian besar adalah UMKM.

Bagaimana outlook hingga akhir tahun?

Fillianingsih mengatakan, BI memperkirakan pertumbuhan positif pada semester pertama 2021 ini akan terus berlanjut hingga akhir tahun ini. Ia mengungkapkan, transaksi e-commerce diperkirakan akan mencapai Rp 395 triliun hingga akhir 2021 ini, dari sebelumnya pada tahun 2020 lalu sebesar Rp253 triliun.

Pertumbuhan transaksi e-commerce ini ditopang oleh tiga hal. Pertama, berlanjutnya pergeseran (shifting) perilaku konsumen ke arah digital. Kedua, efisiensi penggunaan digital payment. Ketiga, inovasi yang dilakukan oleh para marketplace dan juga kerja sama oleh marketplace dengan para Penyedia Jasa Pembayaran (PJP) baik bank maupun non bank.

Selanjutnya, untuk transaksi uang elektronik, Bank Indonesia mermperkirakan hingga akhir tahun 2021 ini akan mencapai Rp278 triliun, tumbuh 35,7% YoY dari Rp201 triliun pada 2020.

Baca Juga :   Bank BUMN Sudah, BI Minta Bank Swasta dan BPD Segera Turunkan SBDK

Fillianingsih mengatakan pertumbuhan uang elektronik ini didorong oleh beberapa hal. Pertama, perluasan ekosistem e-commerce.” Kita tahu bahwa pembayaran terbanyak di e-commerce itu dilakukan melalui e-money,” ujarnya.

Kedua, uang elektronik juga tumbuh karena ride hailing atau transportasi berbasis aplikasi yang berubah, tidak lagi hanya mengangkut penumpang tetapi juga mengangkut paket dan makanan.

Ketiga, uang elektronik juga bertumbuh karena logistik meningkat seiring dengan banyaknya orang yang berbelanja daring. Keempat, digital payment. Semakin banyak pilihan dari masyarakat untuk menggunakan instrumen ataupun kanal.

Transaksi digital banking diperkirakan Bank Indonesia akan tumbuh 30% mencapai Rp 35.600 triliun dari Rp27.000 triliun pada 2020. Pertumbuhan ini didorong oleh meningkatnya akseptasi masyarakat terhadap digital banking.

Mengapa BI sangat optimis dengan pertumbuhan ekonomi keuangan Digital?

Fillianingsih mengungkapkan optimisme Bank Indonesia atas pertumbuhan Ekonomi Keuangan Digital di Indonesia pada tahun 2021 ini muncul karena empat fakta digitalisasi.

Pertama, adanya transformasi produk dan layanan e-commerce. Shifting perilaku masyarakat yang bergeser ke arah digital melalui platform-platform e-commerce. Ini dimanfaatkan oleh para pelaku e-commerce untuk terus berinovasi melalui berbagai fitur untuk menjaga customer loyality.

Kedua, adanya perluasan kolaborasi antara pelaku. Perluasan ekosistem digital menjadi kunci keberhasilan dalam kompetisi antara pelaku pasar. “Kita lihat beberapa pemain yang unggul dalam industri sistem pemabayaran ini adalah para pelaku yang menguasai ekosistem secara end to end,” ujarnya.

Baca Juga :   Resep Alibaba Group Tangguh Lewati Berbagai "Medan Tempur"

Tetapi, ia menekankan bahwa perluasan eksosistem tidak mesti melalui kepemilikan perusahaan dengan melakukan akuisisi atau merger. Perluasan ekosistem ini bisa dilakukan melalui kolaborasi yang produktif antara pelaku industri seperti antara bank dengan fintech atau fntech dengan pelaku e-commerce.

Ketiga, perluasan eksosistem melalui aksi korporasi. Setelah tumbuh akseleratif pada tahun 2020 beberapa perusahaan teknologi, bukan hanya di Indonesia, tetapi juga secara global, diproyeksikan akan melakukan konsolidasi untuk memperluas ekosistem.

Keempat, digitalisasi perbankan. Digitalsisasi bank ini semakin luas, baik oleh pelaku lama maupun pelaku baru dengan berbagai strategi. Seperti, penguatan kapasitas internlanya misalnya proses bisnis, teknologi, core banking atau melakukan akusisi bank yang kecil-kecil.

Dapatkan berita dan analisis seputar ekonomi, bisnis dan lainnya hanya di theiconomics.com.

Pastikan untuk mengikuti perkembangan terbaru, berita, dan event The Iconomics di akun sosial media kami:
Instagram: the.iconomics
TikTok: @theiconomics
YouTube: @theiconomics
X: theiconomic
LinkedIn: The Iconomics

Leave a reply

Iconomics