
Ini yang Dilakukan Pertamina dan PLN Menggantikan Energi Fosil ke EBT

Tangkapan layar YouTube, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati/Iconomics
PT Pertamina (Persero) menargetkan mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 30% pada 2030. Karena itu, perseroan akan menyesuaikan penggunaan energi yang selama ini masih didominasi minyak fosil menjadi energi baru terbarukan (EBT).
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, untuk mengembangkan EBT, perusahaan telah mengalokasikan anggaran senilai US$ 8 miliar dari 2020 hingga 2024. Jumlah ini mencapai 9% dari total belanja Pertamina yang mencapai US$ 92 miliar.
“Angka itu jika dibandingkan dengan negara-negara lain yang hanya mengalokasikan 4% untuk EBT, sudah lebih tinggi. Kita harus tangkap target yang lebih berambisi dari pemerintah,” kata Nicke dalam Investor Daily Summit 2021 bertajuk Mengurai Hambatan Investasi Energi Terbarukan, Rabu (14/7).
Selain itu, kata Nicke, Pertamina juga akan melakukan investasi dekarbonisasi dengan melakukan beberapa untuk mengurangi emisi gas rumah kaca. Karena itu, Pertamina akan menyesuaikan dengan target pemerintah.
Seperti Pertamina, PT PLN (Persero) secara bertahap akan mengurangi penggunaan energi fosil dan beralih ke EBT hingga menuju karbon netral pada 2060. Upaya retirement (pensiun) pembangkit fosil dimulai tahap awal di 2026 hingga 2030 sebesar 1 gigawatt (GW).
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, pihaknya secara bertahap akan mempensiunkan PLTU berbasis batu bara sebesar 50,1 GW hingga 2056. Dengan demikian, akan ada ruang bagi EBT untuk masuk menggantikan pembangkit berbasis energi fosil.
“Ini sebagai penyeimbang dengan intermitten renewable energi. Di pada 2040 PLN mulai pensiunkan pembangkit listrik yang super kritikal. Pada tahun 2055 berlanjut menuju tahap akhir penghentian PLTU berbasis batu bara super kritikal sebesar 5 GW,” kata Zulkifli.
Leave a reply
