
Inflasi Mei 2020 Hanya 0,07%, Ini Penyebabnya

Ilustrasi/IDX Chanel
Inflasi bulan Mei 2020 relatif rendah dan tidak sesuai dengan pola yang wajar dimana pada bulan ramadan tingkat inflasinya biasanya tinggi karena permintaan barang dan jasa yang juga tinggi.
Berdasarkan pemantauan Badan Pusat Statistik (BPS) terhadap perkembangan harga berbagai komoditas di 90 kota pada Mei 2020, secara umum menunjukkan adanya kenaikan harga meskipun tipis sekali. BPS mencatat pada Mei yang merupakan bulan ramadan terjadi inflasi sebesar 0,07%. Tingkat inflasi dari Januari sampai Mei 2020 juga sangat rendah yaitu 0,90% sementara inflasi tahun ke tahun sebesar 2,19%.
“Kalau bandingkan dengan inflasi bulanan tahun 2019, inflasi bulan Mei 2020 kecil sekali, sangat jauh kalau dibandingkan dengan inflasi pada saat idul fitri tahun lalu yang jatuh di bulan Juni dimana pada waktu itu inflasinya adalah 0,55%,” ujar Kepala BPS, Suhariyanto saat konferensi pers virtual, Selasa (2/6).
Suhariyanto mengatakan Covid-19 menyebabkan pola inflasi pada bulan ramadan tahun ini berbeda jauh dengan tahun-tahun sebelumnya. Biasanya, saat ramadan dan idul fitri permintaan akan barang dan jasa meningkat karena berbagai kebutuhan sehigga inflasi menjadi lebih tinggi. ”Tetapi kali ini tidak terjadi karena memang situasinya tidak biasa,” ujar Suhariyanto.
Inflasi berdasarkan kelompok pengeluaran
Berdasarkan kelompok pengeluaran, pada Mei 2020 kelompok makanan, minuman dan tembakau mengalami deflasi sebesar 0,32% dan memberikan andil pada deflasi sebesar 0,08%.
“Selama Mei 2020 ini banyak sekali komoditas yang mengalami penurunan harga sehingga menyebabkan deflasi misalnya cabe merah sumbangannya kepada deflasi adalah 0,07% karena mengalami pengurangan harga. Kemudian telur ayam ras sumbangannya kepada deflasi 0,06%, bawang putih juga mengalami pengurangan harga memberikan andil deflasi sebesar 0,05%, cabe rawit memberikan andil deflasi 0,03%, sementara bawang bombai dan gula pasir memberikan andil deflasi masing-masing 0,01%,” jelas Suhariyanto.
Tetapi ada juga sejumlah komoditas makanan yang mengalami peningkatan harga sehingga memberikan sumbangan kepada inflasi diantaranya bawang merah yang harganya masih naik dan memberikan andil kepada inflasi sebesar 0,06%, daging ayam ras memberikan andil inflasi sebesar 0,03%, daging sapi dan rokok kretek filter memberikan andil inflasi masing-masing 0,01%.
Untuk pakaian dan alas kaki, meskipun ada inflasi tetapi tipis sekali hanya 0,09% dan tidak memberikan sumbangan kepada inflasi.
Untuk perumahan, air, listrik dan bahan bakar rumah tangga terjadi inflasi yang juga sangat tipis sekali yaitu 0,04% dan sumbangannya pada inflasi sebesar 0,01%.
Kelompok pengeluaran transportasi mengalami inflasi paling tinggi yaitu sebesar 0,87% dan sumbangannya pada inflasi paling besar yaitu 0,10%. Komoditas yang memberikan andil kepada inflasi adalah tarif angkutan udara dan tarif kereta api.
“Jadi meskipun pemerintah sudah menghimbau untuk tidak melakukan mudik, masih ada penumpang yang melakukan perjalanan. Dan kalau kita lihat tarif angkutan udara itu memberikan andil kepada inflasi 0,08%, demkian juga tarif kreta api yang memberikan andil sebesar 0,02%,” jelas Suhariyanto.
Berdasarkan komponen
Berdasarkan komponennya, inflasi Mei 2020 terjadi karena adaya inflasi harga yang diatur pemerintah (administered price) sebesar 0,67% dan memberikan andil kepada inflasi sebesar 0,12%.
Komponen yang harganya diatur pemerintah ini adalah kenaikan angkutan udara yang memberikan andil kepada inflasi 0,08%, kenaikan tarif kreta api memberikan andil sebesar 0,02%, rokok kretek filter yang memberikan andil 0,01% dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,01%.
Sedangkan volatile price atau harga-harga bergejolak mengalami deflasi 0,50% dan andilnya kepada deflasi adalah 0,09%. Beberapa komoditas yang mengalami deflasi adalah cabe merah, telur ayam ras, bawang putih, cabe rawit dan bawang bombai. Sementara beberapa bahan makanan yang mengalami inflasi seperti bawang merah dan daging ayam ras.
Dengan demikian di lihat dari kelompok pengeluran penyebab utama inflasi adalah naiknya tarif angkutan udara, harga bawang merah dan harga daging ayam. Sedangkan dilihat dari komponen, inflasi pada bulan Mei disebabkan oleh administered price yaitu adanya kenaikan pada tarif angkutan udara, tarif kereta api, rokok kretek dan bahan bakar rumah tangga.
Sedangkan inflasi yang rendah pada Mei terjadi selain karena pasokan pangan relatif terjaga juga karena melemahnya permintaan karena Covid-19. Adanya kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) menyebabkan pendapatan masyarakat menurun yang meyebabkan penurunan permintaan. “Dari sisi suplai banyak terjadi perlambatan produksi karena masalah PSBB, masalah bahan baku dan melemahya permintaan,” ujar Suhariyanto.
Leave a reply
