
Industri Manufaktur Sektor Potensial Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Ketua Umum Kadin Rosan P. Roeslani/Detik Finance
Industri manufaktur dinilai menjadi sektor potensial untuk menggerakan pertumbuhan ekonomi nasional. Pasalnya, pertumbuhan ekonomi cenderung tak bergerak dan hanya tumbuh rata-rata 5% kendati angka ini masih cukup baik dibandingkan situasi global.
Situasi ini, kata Ketua Umum Kadin Indonesia Rosan P. Roeslani, menjadi perhatian para pengusaha. Itu sebabnya, Kadin akan memusatkan perhatiannya salah satunya kepada sektor industri manufaktur untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi dan mengurangi defisit perdagangan Indonesia.
“Industri ini menciptakan nilai tambah dan lapangan kerja. Hanya sayang tren pertumbuhan industri manufaktur terus menurun dari 29% 2001 menjadi 19,5% dari PDB pada triwulan kedua 2019,” kata Rosan beberapa waktu lalu.
Dikatakan Rosan, fakta itu tentu saja kurang mendukung perekonomian nasional yang berkualitas untuk menciptakan lapangan kerja. Itu sebabnya, perlu kerja keras dan upaya untuk meningkatkan serta mendorong pertumbuhan industri yang berdaya saing, bernilai tambah, juga berorientasi ekspor.
Dengan demikian, lanjut Rosan, tekanan transaksi berjalan bisa dikurangi dan kinerja ekspor akan membaik. Apalagi pertumbuhan ekonomi nasional yang rata-rata 5% itu sangat dipengaruhi karena lemahnya daya ekspor dan pertumbuhan industri yang menurun.
“Ke depan, pemerintah perlu menerapkan kebijakan kontra-siklus melalui kebijakan fiscal dan moneter yang ekspansif serta melakukan perombakan struktural secara sungguh-sungguh,” kata Rosan menambahkan.
Terkait perombakan struktural, menurut Rosan, pemerintah perlu meningkatkan upaya perombakan di bidang. Semisal, reformasi birokrasi, reformasi regulasi, memperbaiki sistem logistik, mengembangkan infrastruktur pendukung, meningkatkan produktivitas SDM dan meningkatkan perkembangan teknologi serta inovasi.
Melalui semua itu, kata Rosan, akan menciptakan peningkatan daya saing dan kemudahan memulai bisnis di Indonesia. Pada akhirnya itu akan menolong memecahkan defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan, meningkatkan pertumbuhan investasi dan industri, serta pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi kuartal III 2019 hanya mencapai 5,02% secara tahunan (year on year/yoy). Melambat dibanding kuartal II 2019 sebesar 5,05% maupun periode yang sama tahun lalu 5,17%. Perekonomian global disebut masih diliputi ketidakpastian seiring perang dagang yang masih berlangsung dan kondisi geopolitik yang memanas.
Leave a reply
